Sabtu 17 Apr 2021 15:54 WIB

Flora-Fauna Papua Jangan Sampai Cuma Jadi Cerita Legenda

Taman Nasional Lorentz mengharapkan partisipasi masyarakat papua melindungi hutan.

Burung Cendrawasih
Burung Cendrawasih

REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Pemerintah melalui Balai Taman Nasional Lorentz mengupayakan flora dan fauna di hutan Papua tidak hanya menjadi cerita legenda di kemudian hari. Kepala Balai Taman Nasional Lorentz Acha A Sokoy ketika dihubungi di Wamena, Sabtu (17/4), mengatakan dengan partisipasi masyarakat melindungi hutan, anak cucu di kemudian hari masih bisa melihat langsung fauna dan flora endemik Papua.

"Di dalam Taman Lorentz ada flora dan fauna, misalnya cenderawasih, burung, kus-kus endemik yang selalu menjadi simbol budaya, itu yang kita jaga, lindungi supaya anak cucu kelak, menjadi kebanggaan atau tidak menjadi cerita legenda," katanya.

Baca Juga

Acha mengatakan, sumber daya manusia di balai yang berjumlah 59 orang tidak seimbang dengan luasan Taman Lorentz yang mencapai 2,3 juta hektare dan meliputi 10 kabupaten. Pihaknya terus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kawasan Lorentz termasuk satu dari dua aset masyarakat Papua yang diakui UNESCO, selain noken, sehingga harus dijaga bersama.

"Pesan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten dan secara khusus masyarakat di tiga wilayah adat yaitu Lapago, Mepago dan Animha, ini adalah kebanggaan kita yang diakui oleh dunia, dunia memberikan penghargaan, pengakuan terhadap properti kita sehingga harus dilindungi," katanya.

Walaupun 80 ribu hektare di dalam kawasan Lorentz merupakan zona khusus permukiman warga 10 kabupaten seperti Jayawijaya, Lany Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo, Nduga, Intan Jaya, Paniai, Puncak, Mimika dan Asmat, pemerintahnya mempunyai kepedulian terhadap pelestarian.

"Sebenarnya semuanya (10 kabupaten) mempunyai kepedulian terhadap pengelolaan pelestarian kawasan Taman Nasinal Lorentz karena ini bertujuan menjaga properti, nilai-nilai sejarah, budaya, lingkungan yang Tuhan ciptakan untuk tanah ini," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement