REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rumah Sakit Lapangan (RSL) Kota Bogor yang merawat pasien Covid-19 dengan gejala ringan dengan biaya operasional dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kemungkinan besar tidak dilanjutkan atau ditutup. Bahkan, RSL yang beroperasi sejak 18 Januari 2021 itu, sudah tidak menerima pasien baru lagi sejak sepekan lalu.
"Hari ini pasiennya tersisa dua orang, yakni dari Kota Bogor dan dari luar Bogor," kata Juru Bicara RSL Kota Bogor Armein Sjuhari Rowi, Sabtu (17/4) .
Menurut Armein, jika RSL Kota Bogor ditutup, maka tenaga kesehatan dan tenaga pendukung yang bekerja di RSLitu sejak 18 Januari lalu, kontraknya tidak diperpanjang dan dikembalikan ke rumah sakit asalnya. Sebagian besar tenaga kesehatan yang bekerja di RSL itu berasal dari RSUD Kota Bogor.
Tenaga kesehatan dan tenaga pendukung di RSL Kota Bogor jumlah seluruhnya ada sekitar 250 orang. Sebagai penghargaan terhadap tenaga kesehatan dan tenaga pendukung yang bekerja di RSL, akan diberikan sertifikat oleh Wali Kota Bogor Bima Arya.
"Insya Allah, Wali Kota Bogor akan memberikan sertifikat secara simbolis kepada tenaga kesehatan, pada hari Minggu (18/4) besok," katanya.
Armein menambahkan, jika RSL tidak dilanjutkan, alat-alat kesehatan yang ada di RSL adalah aset BNPB tidak bisa langsung dihibahkan ke rumah sakit atau puskesmas di Kota Bogor. Untuk dihibahkan dalam aturannya, perlu waktu setahun.
"Selama waktu setahun itu, penyimpanannya diserahkan kepada BNPB akan disampan dimana. Apakah di RSUD Kota Bogor atau di tempat lainnya," katanya.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, Pemerintah Kota Bogor mengupayakan perpanjangan operasional rumah sakit lapangan yang kontraknya akan berakhir pada Ahad, 18 April 2021 itu. "Saya menginginkan agar operasional RS lapangan tetap dilanjutkan. Paling tidak untuk mengantisipasi adanya lonjakan kasus COVID-19 gelombang kedua, pada Ramadhan dan setelah libur Lebaran," kata Bima Arya, di Kota Bogor, Selasa (13/4).