Ahad 18 Apr 2021 08:55 WIB

RS Brasil Kekurangan Obat Penenang

Lebih dari 640 rumah sakit berada di ambang kehancuran.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
RS Brasil Kekurangan Obat Penenang. Pasien COVID-19  berbicara dengan putranya melalui video call ketika dirawat di rumah sakit lapangan yang dibangun di dalam gym di Santo Andre, di Sao Paulo, Brasil, Selasa (9/6).
Foto: AP/ Andre Penner
RS Brasil Kekurangan Obat Penenang. Pasien COVID-19 berbicara dengan putranya melalui video call ketika dirawat di rumah sakit lapangan yang dibangun di dalam gym di Santo Andre, di Sao Paulo, Brasil, Selasa (9/6).

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Petugas medis di Brasil dilaporkan harus melakukan intubasi terhadap pasien di berbagai rumah sakit tanpa bantuan obat penenang. Hal ini terjadi di Tengah wabah virus corona yang menyebabkan infeksi penyakit semakin meningkat di negara itu.

Salah satu laporan datang dari petugas kesehatan di Rio de Janeiro. Mereka mengatakan selama berhari-hari harus mengencerkan obat penenang agar persediaan bisa bertahan lebih lama.

Baca Juga

Setelah habis, perawat dan dokter harus mulai menggunakan penghambat neuromuskuler dan mengikat pasien ke tempat tidur mereka. “Anda mengendurkan otot dan melakukan prosedur dengan mudah, tetapi kami tidak memiliki obat penenang. Beberapa pasien secara reflek mencoba berbicara dan melawan karena mereka sadar, " ujar salah satu dokter di Rio de Janeiro yang berbicara dengan syarat anonim, dilansir Huff Post, Ahad (18/4). 

Kurangnya obat-obatan yang dibutuhkan menjadi masalah terbaru yang menimpa Brasil akibat pandemi Covid-19. Jumlah kematian harian rata-rata akibat kasus penyakit ini mencapai 3.000 kasus. 

Alat intubasi yang dibutuhkan rumah sakit diantaranya termasuk anestesi, sedatif, dan obat lain yang digunakan untuk memasang ventilator pada pasien dengan kondisi sakit parah. Kantor sekretariat kesehatan Rio de Janeiro mengatakan kekurangan di fasilitas medis Albert Schweitzer disebabkan kesulitan mendapatkan pasokan di pasar global. 

Ia tidak mengomentari perlunya mengikat pasien ke tempat tidur saat kondisi obat penenang tidak ada. Mentor Kesehatan untuk Sao Paulo Jean Carlo Gorinchteyn, mengatakan pada konferensi pers beberapa waktu lalu situasi di banyak rumah sakit di negara bagian itu sangat mengerikan.

Lebih dari 640 rumah sakit berada di ambang kehancuran, dengan kemungkinan kekurangan sumber daya dan ketersediaan karena jumlah pasien yang terus meningkat. “Kami membutuhkan dukungan pemerintah federal. Ini bukanlah keharusan bagi Sao Paulo, tapi kebutuhan bagi seluruh negeri,” jelas Gorinchteyn. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement