Senin 19 Apr 2021 01:20 WIB

IAEA Benarkan Iran Tambah Kemurnian Uranium 60 Persen 

Peningkatan kadar uranium Iran disebut mempersulit pembicaraan

Peningkatan kadar uranium Iran disebut mempersulit pembicaraan. Pabrik pengayaan uranium, di Qom, Iran
Peningkatan kadar uranium Iran disebut mempersulit pembicaraan. Pabrik pengayaan uranium, di Qom, Iran

REPUBLIKA.CO.ID, WINA—  Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Sabtu (17/4), membenarkan pernyataan para pejabat Iran bahwa negara itu sudah memulai proses pengayaan uranium hingga kemurnian 60 persen di pembangkit nuklir atas tanah di Natanz.

Pergerakan itu memperumit pembicaraan, yang bertujuan menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara besar, karena merupakan langkah dahsyat untuk memproduksi uranium tingkat senjata.

Baca Juga

Iran sebelumnya mencapai pengayaan uranium 20 persen, dan itu sudah melanggar perjanjian nuklir, yang menyebutkan bahwa Iran hanya dapat melakukan pengayaan unsur kimia tersebut tidak lebih dari 3,67 persen.

Iran meningkatkan pengayaan hingga 60 persen untuk merespons ledakan yang menghancurkan peralatan di Pilot Fuel Enrichment Plant (PFEP) bawah tanah di Natanz. Teheran menuding Israel dan mengidentifikasi seorang buronan sehubungan dengan ledakan tersebut.

"Badan hari ini membenarkan bahwa Iran telah memulai produksi pengayaan UF6 hingga 60 persen... di Pilot Fuel Enrichment Plant (atas tanah) Natanz," kata IAEA melalui penyataan.

UF6 adalah uranium heksafluorida, yaitu bentuk uranium yang dimasukkan ke dalam sentrifugal untuk pengayaan.

Laporan rahasia IAEA kepada negara-negara anggota yang dilihat Reuters menjelaskan informasi lebih rinci."Menurut keterangan Iran kepada Badan tersebut, tingkat pengayaan UF6 yang diproduksi di PFEP adalah 55,3 persen U-235.

Badan itu mengambil sampel dari UF6 yang diproduksi untuk analisis destruktif guna memverifikasi tingkat pengayaan yang diumumkan oleh Iran. Hasil dari analisis ini akan dilaporkan oleh Badan tersebut pada waktunya," isi laporan itu.  

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement