REPUBLIKA.CO.ID, KAPUAS HULU -- Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), yang menjadi kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia pada Ahad (18/4) dini hari WIB, dilanda banjir. Hal itu menyebabkan ruas jalan dan sejumlah permukiman penduduk serta fasilitas umum terendam banjir dengan kedalaman rata-rata 90 sentimeter (cm).
"Banjir terjadi Ahad dini hari, ada beberapa rumah terendam banjir dan ruas jalan juga terendam, namun air saat ini berangsur surut," kata Pelaksana Tugas (Plt) Camat Badau, Edi Suharta saat dihubungi dari Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, Ahad malam.
Suharta yang sudah meninjau langsung kondisi banjir, mengatakan, banjir disebabkan meluapnya sungai di sekitar permukiman warga. Hal itu karena curah hujan cukup tinggi dan terjadi pendangkalan Sungai Bunut yang ada di Badau, karena tumpukan sampah.
Menurut dia, ada beberapa rumah warga terendam seperti di Desa Badau dan Desa Janting. Meski begitu, warga masih bertahan di rumahnya masing-masing, karena kondisi debit air berangsur surut.
"Pengalaman banjir sebelumnya, banjir itu hanya terjadi beberapa hari saja kalau tidak ada hujan susulan lagi beberapa hari ke depannya," ucap Suharta. Selain itu, ruas jalan negara penghubung antara Desa Janting dan Desa Kurak juga terendam.
Akses jalan tersebut menghubungkan enam desa lainnya ke Rumah Sakit Bergerak Badau. "Saya sudah meninjau langsung lokasi banjir dan sudah kami laporkan kepada BPBD Kapuas Hulu," kata Suharta.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas Hulu, Gunawan menambahkan, dari laporan pihak kecamatan, banjir di Kecamatan Badau memang merendam beberapa rumah warga dan fasilitas umum lainnya. Hanya saja, kondisi air sudah berangsur surut.
Menurut Gunawan, di Kecamatan Badau ada empat desa yang rawan banjir yaitu Desa Sebindang, Badau, Janting dan Pulau Majang. "Untuk saat ini banjir melanda Desa Sebindang, Badau dan Janting, akibatnya beberapa rumah terendam," kata Gunawan.