Senin 19 Apr 2021 13:12 WIB

Direktur RSPAD: Penelitian Sel Dendritik Ikuti Kaidah Ilmiah

RSPAD sedang melakukan penelitian berbasis sel dendritik terkait Vaksin Nusantara. 

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Kapuspen TNI Mayjen TNI Achmad Riad (tengah) didampingi Kapuskes TNI Mayjen TNI Tugas Ratmono (kanan) dan Wakil Kepala RSPAD Gatot Subroto Mayjen TNI dr Lukman Maruf (kiri) memberikan pernyataan dalam konferensi pers terkait Vaksin Nusantara, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (19/4/2021). Kapuspen TNI menegaskan bahwa Vaksin Nusantara bukan program dari TNI, tetapi TNI terus mendukung setiap pengembangan vaksin COVID-19 yang memenuhi tiga kriteria dan persyaratan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni keamanan, efikasi, dan kelayakan.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Kapuspen TNI Mayjen TNI Achmad Riad (tengah) didampingi Kapuskes TNI Mayjen TNI Tugas Ratmono (kanan) dan Wakil Kepala RSPAD Gatot Subroto Mayjen TNI dr Lukman Maruf (kiri) memberikan pernyataan dalam konferensi pers terkait Vaksin Nusantara, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (19/4/2021). Kapuspen TNI menegaskan bahwa Vaksin Nusantara bukan program dari TNI, tetapi TNI terus mendukung setiap pengembangan vaksin COVID-19 yang memenuhi tiga kriteria dan persyaratan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni keamanan, efikasi, dan kelayakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pelayanan Kesehatan RSPAD, Brigjen TNI Nyoto Widyo Astoro, menjelaskan, RSPAD sedang melakukan penelitian berbasis sel dendritik terkait Vaksin Nusantara. Dalam melakukan penelitian tersebut, RSPAD memang harus mengikuti kaidah-kaidah ilmiah yang ada.

"Ini adalah suatu penelitian sel dendritik di RSPAD dan penelitian ini nanti harus mengikuti kaidah-kaidah ilmiah," ujar Nyoto dalam konferensi pers yang dilaksanakan di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (19/4).

Baca Juga

Nyoto menerangkan, penggunaan sel dendritik bukan hal baru di dalam dunia kesehatan. Menurut dia, pengobatan dengan menggunakan sel dendritik sudah biasa digunakan dalam pengobatan kanker. 

Kali ini, sel dendritik tengah diteliti untuk kepentingan penanganan Covid-19. "Memang ini dicoba untuk barangkali untuk membuat vaksin yang dari dendritik, terutama ditujukan untuk vaksin, diharapkan untuk vaksin Covid-19," kata dia menjelaskan.

Dia menyatakan, dalam melakukan penelitian itu sudah tentu harus menaati kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Selain itu, dalam prosesnya juga memang harus disetujui oleh beberapa pemangku kepentingan terkait untuk melegalkan penelitian tersebut.

"Diterima secara ilmiah, kemudian memang harus disetujui oleh beberapa pemangku untuk melegalkan dendritik tersebut untuk pembuatan vaksin dalam hal ini," kata dia.

Baca juga : Kapuspen TNI Tegaskan Vaksin Nusantara Bukan Program TNI

Terkait efek samping akibat pemberian vaksin, menurut Nyoto, hal itu merupakan hal biasa di dunia vaksin. Gejala-gejala yang timbul seperti rasa sakit di area penyuntikan, demam, dan gejala lain yang dapat diatasi.

"Bisa diatasi barangkali kalau yang gejala-gejala normal, yang muncul-muncul itu bidang pokok penelitian, pasti itulah yang akan dicatat gejala efek samping," ujar Nyoto.

Menurut dia, gejala-gejala yang akan timbul dalam proses penelitian sudah tentu akan dicatat untuk kemudian dilaporkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Nyoto menyatakan, pihak TNI tidak akan menutup-nutupi semua gejala yang muncul selama proses penelitian dilakukan.

"Semua gejala-gejala tidak ada yang ditutupi atau tidak dilaporkan. Jadi, semua gejala akan dilaporkan. Dan, nanti tentu saja yang nanti akan menilai adalah BPOM, apakah gejala ini bisa layak dan sebagainya dalam vaksin ya, tapi itu hal yang biasa," ujar dia menjelaskan.

Sementara itu, Wakil Kepala RSPAD, Mayjen Lukman Ma’ruf, menerangkan perihal kegiatan yang tengah pihaknya lakukan. Dia menerangkan, RSPAD melakukan pengambilan sampel darah untuk Vaksin Nusantara terhadap para relawan yang tengah mengikuti penelitian berbasis sel dendritik tersebut.

"Kegiatan yang dilakukan adalah para relawan yang akan mengikuti penelitian berbasis layanan dengan masalah dendritik," kata dia menjelaskan.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Achmad Riad, menyatakan, program Vaksin Nusantara bukan program TNI. Namun, TNI akan selalu mendukung berbagai bentuk inovasi dalam negeri untuk penanggulangan Covid-19.

"Terkait Vaksin Nusantara, perlu saya sampaikan sebagai berikut, program Vaksin Nusantara bukanlah program dari TNI," ujar Riad dalam konferensi pers yang digelar di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (19/4).

Kendati demikian, Riad mengatakan, pihak TNI akan selalu mendukung berbagai bentuk inovasi dalam negeri untuk penanggulangan Covid-19 sebagaimana sikap pemerintah. Inovasi dalam negeri tersebut termasuk dalam pembuatan vaksin dan obat-obatan.

"Dengan catatan, telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga harus ada tiga kriteria penting yang harus dipenuhi, yaitu keamanan, efikasi, dan kelayakannya," kata dia.

Baca juga : Ini Kalimat yang Diucapkan Ustadz Zaky Mirza Sebelum Pingsan

Riad mengatakan, sejak awal pandemi Covid-19 melanda, TNI telah berkomitmen untuk mendukung penanganannya dengan mengerahkan semua kemampuan yang ada, baik itu dari segi personel, alutsista, maupun peralatan lainnya.

"Dengan berbagai hal tersebut, personel TNI masih dilibatkan, salah satunya di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, kemudian juga dilibatkan sebagai vaksinator, tracer, termasuk juga pemanfaatan RS TNI di seluruh wilayah Indonesia," kata dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement