REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menonaktifkan Rumah Sakit (RS) Lapangan Kota Bogor di Kompleks GOR Pajajaran, karena kasus penularan Covid-19 sudah menurun. Sehingga tidak ada lagi pasien yang membutuhkan pelayanan di tempat tersebut.
"Rumah Sakit Lapangan dinonaktifkan mulai hari ini. Pasiennyasudah tidak ada lagi," kata Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto di GOR Pajajaran, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (19/4).
Dia menginstruksikan aparat Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untuk meningkatkan pengawasan penerapan protokol kesehatan guna mencegah peningkatan penularan virus corona. "Jangan sampai karena karena ada kelonggaran pada bulan Ramadhan dan Lebaran terjadi lagi lonjakan kasus Covid-19. Jangan sampai lengah dan kecolongan," kata Bima.
Dia mengatakan, pengaktifan kembali RS Lapangan bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan. "Akan diaktifkan lagi atau tidak tergantung pada kebutuhannya. Kita harapkan bersama tidak ada lonjakan lagi sehingga tidak perlu diaktifkan lagi," kata Bima.
Politikus PAN itu menjelaskan, RS Lapangan dioperasikan mulai 18 Januari 2021 karena pada waktu itu kebutuhan tempat perawatan pasien Covid-19 meningkat. "Sekarang kasusnya sudah menurun drastis. Tingkat keterisian tempat tidur untuk pasien positif Covid-19 di rumah sakit rujukan juga sudah menurun drastis," kata Bima.
Menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ambang batas tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) untuk pasien Covid-19 di rumah sakit 60 persen. "Saat ini BOR di Kota Bogor hanya sekitar 30 persen sehingga RS Lapangan kebutuhannya tidak ada lagi," kata Bima.
Sejak dioperasikan pada 18 Januari hingga 17 April 2021, menurut Bima, RS Lapangan merawat sebanyak 346 pasien Covid-19. Perinciannya, sebanyak 288 orang sudah dinyatakan sembuh, 35 orang dirujuk ke rumah sakit umum daerah, dan delapan orang melanjutkan karantina secara mandiri di rumah masing-masing.