REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (CORE) menilai peran cabang bank himpunan milik negara (Himbara) di luar negeri belum maksimal. Hal ini dikarenakan perbankan BUMN masih kesulitan bersaing secara keseluruhan dalam pelayanan perbankan di luar negeri.
Direktur Riset CORE Piter Abdullah mengatakan layanan cabang perbankan nasional di kantor luar negeri masih berupa jasa pengiriman uang dari tenaga kerja Indonesia (TKI) dan memberikan pelayanan jasa perbankan kepada perusahaan-perusahaan di luar negeri terkait aktivitas ekonomi di Indonesia termasuk ekspor impor.
“Di luar pelayanan tersebut masih sangat terbatas. Jadi pembukaan kantor cabang bank di luar negeri lebih banyak cost-nya daripada return, jangan ngomong mendorong kinerja perbankan secara keseluruhan,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (19/4).
Sementara Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menambahkan pembukaan kantor bank cabang di luar negeri memiliki kontribusi terhadap laba perusahaan. Meski menurutnya langkah pembukaan kantor bank cabang di luar negeri belum mampu mendorong penyaluran kredit di pasar domestik.
“Salah satu peluangnya, fee based income atau pendapatan bank misalnya dari transaksi keuangan lintas negara hingga remitansi TKI diluar negeri,” ucapnya.