Senin 19 Apr 2021 16:12 WIB

Studi:10 Persen Anak Muda Berpotensi Kena Reinfeksi Covid-19

Anak muda dan penyintas tetap perlu mendapatkan vaksinasi covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksinator mempersiapkan vaksin COVID-19 sebelum diberikan kepada warga (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika
Vaksinator mempersiapkan vaksin COVID-19 sebelum diberikan kepada warga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) yang pernah dialami oleh seseorang, tidak sepenuhnya dapat memberi perlindungan untuk membuat kebal dari potensi reinfeksi. Secara khusus potensi tersebut terjadi pada orang dengan usia muda.

Studi dilakukan terhadap lebih dari 3.000 angola korps marinir Amerika Serikat (AS) yang sehat dan sebagian besar berusia antara 18 hingga 20 tahun antara Mei dan November 2020.

Baca Juga

Dilansir The Daily Star, para peneliti mengatakan bahwa meskipun pernah mengalami infeksi dan adanya antibodi, vaksinasi tetap diperlukan untuk meningkatkan tanggapan terhadap kekebalan. Ini dapat mencegah reinfeksi COVID-19, serta mengurangi risiko penularan. Orang-orang di usia muda menjadi salah satu yang perlu mendapatkan vaksin.

Dalam studi, sekitar 10 persen (19 dari 189) peserta yang sebelumnya terinfeksi virus corona jenis baru terinfeksi kembali, dibandingkan dengan infeksi baru pada 50 persen (1.079 dari 2.247) peserta yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi atau disebut seronegatif.

Meski penelitian dilakukan pada anak muda, bugar, sebagian besar rekrutan Marinir laki-laki, tim studi percaya bahwa risiko infeksi ulang yang ditemukan dalam penelitian mereka akan berlaku untuk banyak orang muda. Namun, tingkat infeksi ulang yang tepat tidak akan berlaku di tempat lain karena kondisi kehidupan di pangkalan militer dan kontak pribadi yang dekat diperlukan untuk pelatihan dasar.

Sebagai contoh, sebuah penelitian terhadap empat juta orang di Denmark juga menemukan bahwa risiko infeksi lima kali lebih tinggi pada orang yang belum pernah menderita COVID-19. Namun, mereka menemukan bahwa hanya 0,65 persen orang yang memiliki COVID-19 selama gelombang pertama pandemi diketahui kembali positif selama gelombang kedua.

Jumlah tersebut dibandingkan dengan 3,3 persen orang yang dites positif COVID-19 setelah awalnya negatif. Selain itu, studi pracetak yang melibatkan petugas kesehatan Inggris menemukan bahwa mereka yang sebelumnya tidak terinfeksi memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk terinfeksi kembali daripada orang yang pernah mengalami infeksi sebelumnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement