Selasa 20 Apr 2021 07:17 WIB

Pakistan Desak Taliban Berkomitmen dalam Proses Perdamaian

Menlu Pakistan khawatir kekerasan meningkat jika perdamaian temui jalan buntu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam file foto 21 November 2020 ini, anggota tim negosiasi perdamaian Taliban bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di tengah pembicaraan antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, di Doha, Qatar. Pada 31 Januari 2021, Rasul Talib, anggota tim negosiasi perdamaian pemerintah Afghanistan memperingatkan Taliban bahwa jika mereka tidak segera melanjutkan pembicaraan damai di Qatar, pemerintah dapat memanggil kembali tim tersebut sebelum kesepakatan tercapai. Thalib mengatakan dalam konferensi pers bahwa tim sedang menunggu kembalinya kepemimpinan Taliban, di mana putaran kedua pembicaraan damai dimulai bulan ini tetapi hanya membuat sedikit kemajuan.
Foto: AP/Patrick Semansky/AP POOL
Dalam file foto 21 November 2020 ini, anggota tim negosiasi perdamaian Taliban bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di tengah pembicaraan antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, di Doha, Qatar. Pada 31 Januari 2021, Rasul Talib, anggota tim negosiasi perdamaian pemerintah Afghanistan memperingatkan Taliban bahwa jika mereka tidak segera melanjutkan pembicaraan damai di Qatar, pemerintah dapat memanggil kembali tim tersebut sebelum kesepakatan tercapai. Thalib mengatakan dalam konferensi pers bahwa tim sedang menunggu kembalinya kepemimpinan Taliban, di mana putaran kedua pembicaraan damai dimulai bulan ini tetapi hanya membuat sedikit kemajuan.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan mendesak Taliban untuk tetap terlibat dalam proses perdamaian Afghanistan. Seruan itu dinyatakan oleh Pakistan setelah Taliban mengatakan akan menghindari pertemuan puncak dengan Afghanistan, sampai semua pasukan asing pergi.

"Mereka mengambil keputusan sendiri tetapi kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk meyakinkan mereka bahwa adalah kepentingan nasional mereka untuk tetap terlibat," kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi.

Baca Juga

Qureshi mengatakan, dia optimistis Taliban akan mendapat manfaat dengan tetap terlibat dalam proses perdamaian. Pakistan ikut membantu memfasilitasi negosiasi AS-Taliban di Doha yang menghasilkan kesepakatan penarikan pasukan AS pada 1 Mei. Pakistan memiliki pengaruh yang cukup besar dengan Taliban.

Qureshi mengaku khawatir kekerasan dapat meningkat jika proses perdamaian tetap menemui jalan buntu. Apabila perdamaian tidak tercapai, maka dapat menjerumuskan Afghanistan ke dalam perang saudara dan menyebabkan eksodus warga Afghanistan.

Penolakan Taliban untuk hadir dalam pertemuan puncak dapat mengacaukan proses perdamaian. Pertemuan puncak tersebut dijadwalkan pada Sabtu (24/4) mendatang di Turki. Melalui pertemuan ini diharapkan para delegasi dapat menciptakan momentum baru menuju penyelesaian politik antara Taliban dan pemerintah Afghanistan. Seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Pakistan menekan Taliban untuk kembali ke meja perundingan.

Menurut para pejabat AS dan Afghanistan, para pemberontak memiliki tempat perlindungan di Pakistan. Namun Pakistan membantah tuduhan tersebut.

Pakistan menampung hampir 3 juta pengungsi Afghanistan. Pakistan sedang membangun pagar di sepanjang perbatasan 2.500 km (1.500 mil) yang disengketakan dengan Afghanistan. Saat ini pembangunan sudah berjalan 90 persen, dan diharapkan akan selesai pada September.

Taliban memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001 ketika mereka digulingkan oleh pasukan pimpinan AS. Tetapi mereka masih menguasai wilayah yang luas.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement