Selasa 20 Apr 2021 10:11 WIB

IHSG Lanjutkan Pelemahan Terseret Bursa Global

Investor menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia terkait suku bunga acuan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penurunan pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (20/4). IHSG dibuka di zona merah dan terus melemah hingga sebesar 0,41 persen ke level 6.027,49.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penurunan pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (20/4). IHSG dibuka di zona merah dan terus melemah hingga sebesar 0,41 persen ke level 6.027,49.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penurunan pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (20/4). IHSG dibuka di zona merah dan terus melemah hingga sebesar 0,41 persen ke level 6.027,49. 

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan pergerakan IHSG sejalan dengan indeks saham Asia yang dibuka turun pagi ini. Penurunan tersebut mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam. 

DJI ditutup melemah 0,36 persen, lalu diikuti indeks S&P 500 yang ditutup turun lebih dalam sebesar 0,53 persen. Adapun Nasdaq berakhir dengan penurunan paling tajam sebesar 0,98 persen. 

"Kenaikan kembali imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS beretenor 10 tahun di atas 1,6 persen memicu pelemahan harga pada saham-saham di sektor teknologi yang pada akhirnya menekan S&P 500 dan DJIA turun dari level penutupan tertingginya," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (20/4).

Selain itu, menurut riset, investor juga menyiapkan diri untuk menghadapi banjir laporan keuangan dimana minggu ini 79 emiten dalam indeks S&P 500 dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal I 2021. Musim laporan ini digunakan oleh investor untuk menunggu konfirmasi mengenai kondisi pemulihan sektor swasta dari pandemi Covid-19.

Perhatian investor juga akan tertuju pada Presiden China Xi Jinping yang akan berpidato didepan acara tahunan Boao Forum tentang risiko dan tantangan yang dihadapi dunia dan solusi yang ditawarkan oleh China untuk mengatasi risiko dan tantangan itu.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah dunia naik tipis ditopang oleh pelemahan nilai tukar dolar AS. Namun kekhawatiran mengenai dampak terhadap permintaan dari lonjakan kasus penularan Covid-19 di India, importer atau konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, dan juga disejumlah negara lain membatasi ruang kenaikan harga minyak mentah.

Dari sisi makroekonomi, untuk hari ini investor menantikan keputusan bank sentral China (PBOC) berkaitan dengan suku bunga pinjaman bank bertenor 1 tahun dan 5 tahun untuk korporasi besar (Loan Prime Rate atau LPR) serta rilis notulen rapat kebijakan bank sentral Australia (RBA). Dari dalam negeri, investor menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia mengenai suku bunga acuan BI7DRRR.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement