Selasa 20 Apr 2021 11:41 WIB

Kinerja Ekspor Membaik, Sri Mulyani: Tanda Pemulihan Ekonomi

BPS mencatat ekspor Indonesia tumbuh 30,47 persen secara tahunan.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Suasana aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/4). Pemerintah mengklaim perekonomian Indonesia berangsur pulih seiring aktivitas bisnis para pelaku usaha di dalam negeri. Hal ini ditunjukkan dari kinerja ekspor pada Maret 2021.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Suasana aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/4). Pemerintah mengklaim perekonomian Indonesia berangsur pulih seiring aktivitas bisnis para pelaku usaha di dalam negeri. Hal ini ditunjukkan dari kinerja ekspor pada Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengklaim perekonomian Indonesia berangsur pulih seiring aktivitas bisnis para pelaku usaha di dalam negeri. Hal ini ditunjukkan dari kinerja ekspor pada Maret 2021.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor Indonesia tumbuh 30,47 persen secara tahunan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai pertumbuhan ini tergolong tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga

“Kenaikan ekspor ini menunjukkan pulihnya dan bangkitnya kembali perekonomian Indonesia dan pelaku ekonomi Indonesia serta pulihnya kembali perekonomian dunia,” ujarnya saat acara Memacu Ekspor UKM, secara virtual, Selasa (20/4).

Tak hanya kinerja ekspor, Sri Mulyani menyebut pertumbuhan positif dari impor sebesar 25,73 persen pada Maret 2021. Hal ini menunjukkan aktivitas permintaan barang dalam negeri mengalami peningkatan.

"Ini merupakan pertumbuhan yang sangat tinggi dibanding dua tahun terakhir dan terutama dibandingkan tahun pertama kita menghadapi pandemi Covid-19,” ucapnya.

Dari sisi lain, pertumbuhan kinerja ekspor juga ditopang oleh kinerja ekspor dari sektor nonmigas tumbuh 30,07 persen secara tahunan senilai 17,45 miliar dolar AS.

“Ini menggambarkan adanya pertumbuhan daya kompetisi produk-produk non migas. Ini menunjukkan kondisi perekonomian kita mampu untuk terus meningkatkan produk-produk non migas yang menembus pasar dunia," ucapnya.

BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2021 surplus 1,57 miliar dolar AS. Adapun posisi ini lebih baik Februari 2021 surplus dua miliar miliar dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement