REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Pihak berwenang Selandia Baru mengumumkan seorang pekerja bandara Auckland dites positif Covid-19. Tapi diragukan kasus baru ini akan menahan koridor perjalanan Selandia Baru-Australia yang baru saja dibuka.
Dua negara bertetangga itu membuka koridor perjalanan pada Senin (19/4) kemarin. Untuk menahan penyebaran virus Corona mulai Maret 2020 lalu Australia dan Selandia Baru menutup perbatasan masing-masing untuk mereka yang bukan warga negara dan pemukiman tetap.
"Ketika kami membuka kedua belah sisi, tentu kami tahu kami akan terus memiliki kasus yang berkaitan dengan perbatasan kami," kata Perdana Menteri Selandia Bari Jacinda Ardern, Selasa (20/4).
"Kami menerima hal itu bagian dari perjalanan bersama kami, saya pikir Australia menerima itu," tambah Ardern.
Ia menambahkan pihak berwenang kesehatan Selandia Baru melakukan kontak dengan mitra mereka di Australia. Hingga kini, lanjutnya, tidak ada indikasi koridor perjalanan yang disebut 'travel bubble' itu akan dihentikan.
Pada wartawan di Auckland, Ardern mengatakan pekerja yang terinfeksi itu sudah divaksin. Ia bertugas membersihkan pesawat yang datang dari negara-negara yang mengalami gelombang wabah virus korona.
Pekerja itu dites negatif pada 12 April tapi hasil tes rutin Senin kemarin positif. Ia menambahkan saat ini pihak berwenang kesehatan Selandia Baru sedang menggelar pelacakan kontak.
Penutupan perbatasan, karantina nasional dan pelacakan kontak yang cepat membantu Australia dan Selandia Baru menekan angka kasus positif. Negeri Kanguru hanya melaporkan sekitar 29.500 kasus infeksi dan 910 kematian sementara Negeri Kiwi hanya mengkonfirmasi sekitar 2.200 kasus positif dan 26 kasus kematian.