REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Tina Haryati MPd | PNS Kemenag Kabupaten Karawang
Jingga melukis senja begitu indah sore itu. Bukan sembarang rindu yang dikisahkan tapi tentang penantian panjang nan syahdu, hingga sejak 100 hari lalu melambungkan pinta ke langit doa untuk bertemu dengan bulan nan suci ini. “Allohumma Baariklanaa Fii Rojaba Wasya’bana Waballigna Romadhona”.
Ramadhan yang dinanti, berdebar-debar di hati, gelisah menanti, takut tak dapat bersua lagi, hingga ketika senja itu, hilal menampakkan senyumnya, gegap gempita seketika. Ungkapan syukur meluncur dari lisan-lisan para insan. Langkah-langkah bergegas ke rumah Tuhan. Sajadah pun dihamparkan, tua muda, laki, perempuan rapi dalam barisan, shaf-shaf memanjang hingga ke pelataran.
Tarawih malam pertamapun dimulakan. Hingga saat terdengar takbir “Allahu Akbar” dari sang Imam, air mata sesaat menetes. Tanda bahagia tak terkira serasa hati berbisik, “Terima kasih telah Kau jumpakan lagi dengan Ramadhan tahun ini.”