Selasa 20 Apr 2021 15:08 WIB

Kamus Sejarah yang Hilangkan Pendiri NU Diminta Ditarik

Draf naskah Kamus Sejarah Indonesia yang tidak mencantumkan nama Kiai Hasyim Asy'ari.

Rep: Zainur mahsir Ramadhan/ Red: Esthi Maharani
Hasyim Asyari
Foto: manbaulilmiwalhikami.blogspot.com
Hasyim Asyari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini mengaku kecewa menyoal edaran draf naskah Kamus Sejarah Indonesia yang tak mencantumkan KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Menurutnya, sebagai tokoh yang berperan besar dalam sejarah perjuangan dan kemerdekaan Indonesia, nama tersebut harus muncul, alih-alih dari beberapa nama asing yang ada dalam draf itu.

‘’Siapa pun yang menyusun dan menyebarkan jika ada unsur kesengajaan, ini bentuk pengkhianatan terhadap sejarah bangsa. Maka, buku tersebut atau kalau masih draf buku sekalipun harus segera ditarik dari peredaran karena bisa menyesatkan anak bangsa,’’ ungkap dia dalam keterangannya, Selasa (20/4).

Mengutip beberapa sumber, kata Jazuli, draf itu dipersiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, dia menambahkan, Kemendikbud telah membantah kepemilikan draf tersebut.

Meski tak terlibat dalam penyusunan itu, Kemendikbud diminta untuk melakukan klarifikasi. Utamanya, ketika hal itu menjadi tugas Kemendikbud dalam menyusun kurikulum dan materi kebangsaan yang valid tanpa ada penyimpangan.

"Pemerintah harus segera klarifikasi dan tarik draf naskah yang beredar tersebut, serta mengusut motif tidak dicantumkannya Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari," kata Jazuli.

Terlepas dari itu, Jazuli menganggap bahwa tidak hadirnya Kiai Hasyim Asy’ari merupakan keteledoran dan ketidakpahaman tim penyusun menyoal sejarah bangsa.

Karena itu, seluruh anak bangsa ia minta harus paham sejarah Indonesia. Dengan demikian, tidak ada yang bisa memutus mata rantai sejarah perjalanan bangsa.

Dia menegaskan, Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari sebagai pendiri NU mutlak masuk dalam dokumen sejarah mana pun karena peran dan kiprahnya yang luar biasa, baik pada masa penjajahan maupun kemerdekaan.

Terlebih, ketika resolusi jihadnya diklaim Jazuli mampu membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia saat itu.

"Juga perannya sebagai rujukan ketika bangsa ini membentuk dasar negara dan konstitusi bernegara. Jangan putus mata rantai sejarah tersebut. Jangan lupakan jasa ulama besar bangsa ini," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement