REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengingatkan industri perunggasn, khususnya industri pakan untuk meningkatkan efisiensi agar harga lebih murah. Itu lantaran serbuan impor daging ayam dari Brasil bakal masuk ke Indonesia. Tanpa efisiensi yang tinggi, daya saing industri unggas dalam negeri bisa kalah saing.
"Saya ingin ingatkan industri pakan, karena kalau tidak tingkatkan daya saing, ini Brazil di depan mata," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Syailendera dalam webinar Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi, Selasa (20/4).
Seperti diketahui, Brasil memenangkan kasus sengketa dagang dengan Indonesia di Badan Perdagangan Dunia (WTO) soal perdagangan daging ayam. Hal itu membuat Brasil dapat memasok ayam untuk Indonesia sehingga impor tak terhindarkan.
Syailendra mengatakan, hasil sengketa dagang itu belum dilaksanakan hanya karena ada persoalan banding yang belum tuntas. Namun, menurutnya, jika melihat tren, industri dalam negeri bisa kalah saing karena harga daging ayam dari Brazil bisa jauh lebih murah.
"Ini hanya mengulur waktu saja, kita tidak tahu mampu mengulur waktu dalam satu tahun, satu tengah tahun, atau dua tahun. Tapi daging ayam murah akan masuk," katanya.
Oleh sebab itu, ia menekankan, jika industri perunggasan dan industri pakan tidak mempersiapkan diri dan hanya menikmati penjualan produk dengan harga tinggi, persaingan akan dimenangkan oleh Brasil.
Seperti diketahui, harga pakan berkontribusi hingga 66 persen terhadap pembentukan harga daging ayam. Syailendera mengatakan, harga daging ayam di pasar saat ini bahkan ada yang melebihi Rp 40 ribu per kg atau jauh di atas acuan sebesar Rp 35 ribu per kg. Itu lantaran adanya kenaikan harga pakan yang tengah terjadi.