Selasa 20 Apr 2021 19:42 WIB

Pakistan Desak Taliban Tetap Terlibat Perundingan Damai

Qureshi yakin Taliban bakal memperoleh manfaat dengan tetap terlibat pembicaraan

Rep: kamran dikarma/ Red: Hiru Muhammad
Dalam file foto 21 November 2020 ini, anggota tim negosiasi perdamaian Taliban bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di tengah pembicaraan antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, di Doha, Qatar. Pada 31 Januari 2021, Rasul Talib, anggota tim negosiasi perdamaian pemerintah Afghanistan memperingatkan Taliban bahwa jika mereka tidak segera melanjutkan pembicaraan damai di Qatar, pemerintah dapat memanggil kembali tim tersebut sebelum kesepakatan tercapai. Thalib mengatakan dalam konferensi pers bahwa tim sedang menunggu kembalinya kepemimpinan Taliban, di mana putaran kedua pembicaraan damai dimulai bulan ini tetapi hanya membuat sedikit kemajuan.
Foto: AP/Patrick Semansky/AP POOL
Dalam file foto 21 November 2020 ini, anggota tim negosiasi perdamaian Taliban bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di tengah pembicaraan antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, di Doha, Qatar. Pada 31 Januari 2021, Rasul Talib, anggota tim negosiasi perdamaian pemerintah Afghanistan memperingatkan Taliban bahwa jika mereka tidak segera melanjutkan pembicaraan damai di Qatar, pemerintah dapat memanggil kembali tim tersebut sebelum kesepakatan tercapai. Thalib mengatakan dalam konferensi pers bahwa tim sedang menunggu kembalinya kepemimpinan Taliban, di mana putaran kedua pembicaraan damai dimulai bulan ini tetapi hanya membuat sedikit kemajuan.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI--Pemerintah Pakistan mendesak Taliban agar tetap terlibat proses perdamaian Afghanistan. Hal itu diutarakan setelah Taliban menyatakan akan menghindari pertemuan puncak intra-Afghanistan hingga semua pasukan asing ditarik dari negara tersebut.

"Mereka mengambil keputusan sendiri tetapi kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk meyakinkan mereka bahwa adalah kepentingan nasional mereka untuk tetap terlibat," kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi saat diwawancara Reuters di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Selasa (20/4).

Qureshi pun mengomentari pengumuman Amerika Serikat (AS) yang akan menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan pada 11 September mendatang. Proses itu lebih lambat karena Washington sebelumnya menetapkan tenggat 1 Mei untuk melakukan hal tersebut.

Qureshi mengatakan penundaan penarikan selalu dimungkinkan karena alasan logistik. Namun dia menilai telah berhasil meraih tujuannya untuk mendepak pasukan asing dari Afghanistan. “Pasukan akan keluar dan tanggal telah diberikan serta proses dimulai pada 1 Mei dan berlangsung hingga 11 September sehingga ada kerangka waktu yang pasti,” ucapnya.

Menurutnya, karena sudah ada komitmen perihal penarikan pasukan, Taliban harus menunjukkan sikap yang lebih lentur dan luwes. Qureshi yakin Taliban bakal memperoleh manfaat dengan tetap terlibat dalam pembicaraan damai.

Qureshi khawatir jika pembicaraan damai tetap menemui jalan buntu, aksi kekerasan dapat meningkat. Hal itu dapat menjerumuskan Afghanistan dalam perang saudara dan memicu eksodus warga.

Pakistan diketahui berperan dalam proses perdamaian yang dicapai Taliban dengan AS di Doha, Qatar, pada awal tahun lalu. Dalam kesepakatan itu, Washington menyatakan siap menarik pasukannya dari Afghanistan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement