Rabu 21 Apr 2021 04:29 WIB

Ekspor Membaik, CORE: Pemulihan Ekonomi Belum Terjadi

Ekspor Indonesia meningkat ditopang oleh perbaikan ekonomi negara tujuan ekspor.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (CORE) menilai peningkatan kinerja ekspor di tengah pandemi  tidak semata-mata dapat mendorong pemulihan ekonomi pada tahun ini. Hal ini disebabkan kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi masih relatif kecil.

“Meskipun ekspor meningkat bukan berarti perekonomian akan langsung pulih karena pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih ditentukan oleh konsumsi dan investasi,” ujar Direktur Riset CORE Piter Abdullah ketika dihubungi Republika, Selasa (20/4).

Baca Juga

Menurutnya selama masih ada pandemi yang membatasi konsumsi dan investasi maka pertumbuhan ekonomi masih akan tertahan, sehingga belum akan bisa kembali ke level normal

“Namun kita patut mensyukuri kenaikan ekspor di tengah pandemi. Kenaikan ekspor ini didorong oleh pertama kenaikan harga komoditas dan meningkatnya permintaan mengikuti membaiknya perekonomian beberapa negara khususnya China,” ucapnya. 

Sementara Ekonom CORE Yusuf Rendy menambahkan kinerja ekspor Indonesia mengalami peningkatan yang ditopang oleh perbaikan perekonomian negara tujuan utama, seperti China, serta didorong oleh perbaikan harga komoditas unggulan, misalnya CPO dan batu bara. Dari sisi lain, impor bahan baku yang juga mengalami pertumbuhan positif menunjukkan mulai bergeliatnya aktifitas ekonomi di dalam negeri.

Sejalan dengan kinerja ekspor dan impor, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia juga mengalami peningkatan level 53,2 pada Maret 2021. Adapun posisi ini mencapai level tertinggi dalam satu dekade.

“Jika kita kaitkan dengan proses pemulihan ekonomi, betul beragam indikator itu menunjukkan sinyal Indonesia keluar dari resesi,” ucapnya.

Namun demikian, Yusuf menyebut kemungkinan ekonomi Indonesia belum akan keluar dari resesi pada kuartal satu 2021 karena masih berada pada level pertumbuhan yang negatif. Dia memperkirakan, ekonomi Indonesia baru akan bergerak positif dan keluar dari resesi pada kuartal dua 2021.

“Kami melihat Indonesia baru akan keluar dari resesi paling cepat pada kuartal dua nanti karena pertumbuhan ekonomi pada kuartal satu kami proyeksikan masih akan berada level negatif,” ucapnya.

Sebelumnya pemerintah mengklaim perekonomian Indonesia berangsur pulih seiring aktivitas bisnis para pelaku usaha di dalam negeri. Hal ini ditunjukkan dari kinerja ekspor pada Maret 2021.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor Indonesia tumbuh 30,47 persen secara tahunan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai pertumbuhan ini tergolong tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kenaikan ekspor ini menunjukkan pulihnya dan bangkitnya kembali perekonomian Indonesia dan pelaku ekonomi Indonesia serta pulihnya kembali perekonomian dunia,” ujarnya saat acara Memacu Ekspor UKM, secara virtual, Selasa (20/4).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement