REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil meninjau proses daur ulang sampah plastik air minum yang diolah PT Namasindo Plas di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (20/4).
Pabrik tersebut memiliki teknologi yang dapat mengubah sampah plastik menjadi botol air mineral siap pakai. Sampah yang sudah diolah akan dijual kepada industri air minum yang membutuhkan.
"Ini membuat semangat agar semua sampah plastik yang bisa didaur ulang bisa kita ubah di sini dan dijual kembali ke industri-industri yang membutuhkan botol plastik air mineral," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil.
Kang Emil menyebut proses daur ulang sampah plastik air minum dengan nama sirkular ekonomi, sebab semua pihak yang terlibat dalam proses tersebut akan mendapatkan keuntungan ekonomi.
"Dari sejak air mineral itu diminum lalu dibuang dia bisa muter lagi oleh pelestari, lalu ke kolektor yaitu pabrik ini, lalu dijual lagi ke industri. Karena prosesnya berputar 100 persen itulah kita sebut dengan sirkular ekonomi," ujarnya.
Proses daur ulang sampah plastik ini juga memanfaatkan aplikasi bernama Octopus. Aplikasi yang saat ini sudah bisa diunduh oleh masyarakat Jabar ini mengajak masyarakat mengumpulkan sampah.
Setiap sampah memiliki poin dan poin tersebut dapat dikonversi menjadi uang. "Nanti Octopus digunakan oleh pengguna untuk memanggil pelestari yang akan mengambil sampah langsung dari rumah sehingga meningkatkan pendapatan mereka, bisa dapat Rp2 juta sampai Rp5 juta tergantung banyaknya sampah plastik yang disetorkan," ujarnya.
Kang Emil mendorong masyarakat Jabar memilah sampah organik dan nonorganik, khususnya sampah plastik. Berdasarkan catatan Dinas Lingkungan Hidup Jabar, dalam sehari jumlah sampah plastik yang dapat didaur ulang mencapai 6.400 ton di seluruh Jabar.
"Kami sehari ada 6.400 ton sampah plastik yang bisa didaur ulang, bahkan sampah plastik dari Bali dan Lombok pun dibeli oleh Jabar," kata dia.
Pengolahan sampah plastik dan menjadi sirkular ekonomi ini menjadi komitmen Pemda Provinsi Jabar agar Indonesia tidak lagi dicap sebagai negara yang banyak membuang sampah plastik ke laut. Dalam peninjauan proses daur ulang sampah tersebut, Kang Emil didampingi pemerhati lingkungan laut yang juga pendiri Indonesia Ocean Pride Hamish Daud.
"Mas Hamish Daud yang paham banget betapa di laut kita sebenarnya banyak sampah plastik karena orang tidak ada solusinya. Maka saya komitmen di 2021 akan menjadikan problem sampah plastik bisa selesai dengan sistem sirkular ekonomi agar Indonesia tidak lagi di-'bully' karena banyak sampah plastik di lautan," tuturnya.