REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR RI, Zainuddin Maliki mengomentari soal tidak adanya nama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) di Kamus Sejarah Indonesia (KSI) terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ia meminta agar Kemendikbud bekerja dengan cermat.
"Kemendikbud harus kerja cerdas dan kerja cermat, cermat, cermat. Jangan sampai kecolongan," kata Zainuddin kepada Republika.co.id, Selasa (20/4).
Politikus PAN itu mengatakan, sebagai bangsa, Indonesia tidak boleh melupakan sejarah. Peristiwa sejarah perlu dilihat secara komprehensif. "Mobil saja perlu kaca spion kok untuk melihat ke belakang. Jadi jangan hanya melihat ke depan tapi melihat sejarah, dan sejarahnya harus komprehensif," ucapnya.
Ia juga meminta Kemendikbud teliti agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi. Kemendikbud juga diminta menulis perjuangan tokoh bangsa secara proporsional. "Tulislah tokoh-tokoh yang telah berjasa itu secara proporsional sehingga memahami betul jasa beliau-beliau itu jangan hanya diberi uraian tokoh-tokoh penting satu alinea, dua alinea selesai," imbaunya.
Untuk diketahui Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan buku Kamus Sejarah Indonesia yang tidak memuat tokoh Pendiri NU KH Hasyim Asy'ari sudah ditarik dari laman Rumah Belajar. Selain itu, buku-buku yang terkait sejarah modern juga telah ditarik untuk direview kembali.
Ia mengatakan, penarikan buku ini dilakukan karena pihaknya ingin memastikan permasalahan kekurangan yang ada di buku sejarah bisa diselesaikan. "Kita tidak mau sama sekali ada problem seperti ini," kata Hilmar, dalam telekonferensi, Selasa (20/4). =