REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Lebih dari 30 mahasiswa Korea Selatan (Korsel) mencukur habis rambut mereka di depan Kedutaan Besar Jepang di Seoul. Aksi pada Selasa (20/4) kemarin ini dilakukan sebagai bentuk protes atas keputusan Negeri Sakura membuang limbah nuklir Fukushima ke laut.
Polisi sempat membubarkan massa yang melanggar peraturan pembatasan sosial pandemi Covid-19 terkait larangan warga berkumpul lebih dari 10 orang. Tetapi demonstran yang meneriakan slogan dan membawa papan unjuk rasa melanjutkan aksinya.
Pengunjuk rasa yang dicukur rambutnya menutup tubuh mereka dengan seprai yang dipenuhi kalimat-kalimat kecaman terhadap rencana Jepang. Pengunjuk rasa ingin rencana membuang limbah nuklir ke laut itu dibatalkan.
"Pemerintah Jepang harus segera membatalkan rencana untuk melapaskan air yang terkontaminasi," tulis pengujuk rasa di seprai tersebut.
Pekan lalu pemerintah Jepang mengatakan akan melepas lebih dari 1 juta ton air limbah pabrik nuklir Fukushima. Proses pelepasan air limbah ini akan berlangsung selama dua tahun.
Seoul menentang rencana tersebut dengan tegas, Kementerian Luar Negeri Korsel memanggil duta besar Jepang. Presiden Moon Jae-in juga memerintahkan pejabat-pejabatnya untuk mengeksplorasi kemungkinan mengajukan petisi ke pengadilan internasional.
Pada Ahad (18/4) lalu Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) bidang Perubahan Iklim John Kerry mengatakan ia yakin Jepang mengambil keputusan itu dengan transparan. Ia juga percaya Negeri Sakura akan mengikuti prosedur yang seharusnya.