Khofifah: Aturan Mudik untuk Antisipasi Gelombang 3 Covid-19
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Penumpang bersiap menaiki kereta di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Ahad (18/4/2021). Adanya larangan pemerintah untuk mudik pada tanggal 6 hingga 17 Mei mendatang, membuat sebagian warga memilih mudik lebih awal dan dalam satu pekan terakhir jumlah penumpang di stasiun tersebut berkisar antara 1.000-2.500 penumpang per hari. | Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap agar masyarakatnya yang ada di perantauan bersedia mentaati aturan pemerintah terkait larangan mudik Idul Fitri 2021. Khofifah meminta warganya lebih bersabar dan menahan diri untuk tidak kembali ke kampung halaman saat lebaran. Menurutnya, ketaatan masyarakat menjadi penting dalam upaya mencegah hadirnya gelombang ketiga penyebaran Covid-19.
"Ini sudah melandai tapi kita juga melihat ada tren gelombang ketiga di beberapa negara. Kita tentu tidak ingin itu terjadi di Indoneaia dan terutama di Jawa Timur," kata Khofifah seusai mengikuti rapat persiapan Lebaran Idul Fitri di Mapolda Jatim, Surabaya, Rabu (21/4).
Khofifah kembali mengingatkan, saat ini penyebaran Covid-19 di Indonesia belum berhenti. Berdasarkan data yang dihimpun Polri, kata dia, sekitar 48,3 persen warga lanjut usia (lansia) berpotensi meninggal dunia ketika terkonfirmasi positif Covid-19.
"Padahal mudik tujuan utamanya kan biasanya silaturahim dengan yang paling dituakan di keluarga itu," ujar Khofifah.
Khofifah kembali mengingatkan, jika masyarakat betul-betul menyayangi keluarga, utamanya mereka yang benar-benar dituakan, harusnya bersedia menaati larangan mudik tersebut. Karena biar bagaimana pun, kata dia, larangan mudik tersebut dibuat untuk kebaikkan bersama, yaitu meminimalisir penyebaran Covid-19.
"Jadi sayangnya kita pada sesepuh di keluarga kita maka kita jaga juga kesehatan mereka dan mereka harus mendapat perlindungan dari kita semua," kata Khofifah.