REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani memuji kemajuan dalam pembicaraan mengenai negosiasi yang dilakukan bersama dengan Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara kekuatan Dunia di Ibu Kota Wina, Austria. Kesepakatan nuklir dilaporkan telah berkembang menjadi sekitar 60 hingga 70 persen setelah putaran kedua negosiasi.
“Pembicaraan telah berkembang sekitar 60 hingga 70 persen dan jika Amerika bertindak dalam kerangka kejujuran, kami akan mencapai hasil dalam waktu singkat," ujar Rouhani dalam sebuah pernyataan, dilansir Middle East Eye, Rabu (21/4).
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS juga mengatakan pembicaraan tentang negosiasi nuklir Iran berjalan dengan baik. Meski demikian, negara itu menekankan bahwa menghidupkan kembali perjanjian nuklir belum akan terjadi dalam waktu dekat. “Pembicaraan itu seperti bisnis, positif dengan beberapa kemajuan, tetapi masih ada jalan panjang di depan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
Price mengonfirmasi bahwa delegasi Amerika, yang dipimpin oleh utusan Iran Rob Malley, akan kembali ke Ibu Kota Austria untuk melanjutkan negosiasi tidak langsung pada pekan depan. Sementara, Komisi Bersama, yang mengawasi kesepakatan yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pihak setuju untuk membentuk kelompok ahli untuk membahas urutan langkah-langkah untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran.
Dua kelompok ahli dibentuk pada bulan lalu untuk menguraikan langkah-langkah yang harus diambil Teheran dan Washington untuk memulihkan kesepakatan. Para peserta mencatat kemajuan yang dibuat dalam diskusi yang sedang berlangsung di Wina mengenai langkah-langkah spesifik dalam hal pencabutan sanksi dan implementasi nuklir untuk kemungkinan kembalinya AS ke JCPOA.
AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018 dan kini tidak terlibat langsung dalam pembicaraan yang mencakup pihak-pihak seperti Cina, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Iran. JCPOA mencabut sanksi terhadap Teheran setelah mengurangi program nuklirnya. Namun Trump membatalkan perjanjian dan mulai memberikan sanksi ekonomi terhadap Iran.