REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta mempertimbangkan ulang terkait pembelajaran tatap muka (PTM) yang rencananya akan dimulai Juli 2021. Permintaan ini menyusul peningkatan kasus aktif Covid-19.
"PTM tetap menurut saya kuncinya harus melihat positif ratenya itu seperti apa. Kalau masih tinggi ya jangan keburu lah PTM," kata anggota Komisi X DPR Zainuddin Maliki kepada Republika, Rabu (21/4).
Ia memahami banyak daerah yang sudah tidak sabar menggelar kegiatan pembelajaran tatap muka. Sebab, pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan selama ini dinilai kurang efektif.
"Saya melihat banyak masyarakat yang sudah tidak sabar belajar di rumah karena daring pembelajarannya tidak dikemas dengan baik, sehingga kemudian tidak terjadi pembelajaran learning loss gitu, tidak terjadi pembelajaran. Sehingga kemudian mereka sudah gak tahan lagi belajar dengan model PJJ ingin segera melakukan PTM," jelasnya.
Untuk itu, politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut mengimbau agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) perlu meningkatkan kemampuan guru untuk mendesain pembelajaran jarak jauh yang menarik bagi siswa. Langkah tersebut dinilai belum dilakukan Kemendikbud.
"Kementerian Pendidikan itu harus sungguh-sungguh membantu guru-guru melakukan upskilling dalam mengemas pembelajaran jarak jauh," tuturnya.
Sebelumnya pemerintah telah menerbitkan surat keputusan bersama (SKB) empat menteri terkait pedoman pembelajaran tatap muka. Sementara itu Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat terjadinya kenaikan kasus positif sebesar 14,1 persen per 18 April 2021.
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pun menyayangkan terjadinya kenaikan kasus positif pada pekan ini setelah pada minggu sebelumnya mengalami penurunan. "Sangat disayangkan setelah mengalami penurunan di minggu lalu, di minggu ini penambahan kasus positif dan kematian kembali meningkat," ujar Wiku.