REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bek kanan Arsenal, Hector Bellerin, mengunggah foto mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger, di akun media sosial miliknya, Rabu (21/4) dini hari WIB. Dalam foto Wenger, yang diunggah Bellerin itu, terdapat pula kutipan dan pesan yang disampaikan eks pelatih asal Prancis itu pada para pencinta the Gunners.
Dalam unggahan bek kanan asal Spanyol itu, terlihat jelas foto beserta kutipan dari Wenger. Kutipan tersebut berbunyi,''Kepada semua pencinta Arsenal, tolong jaga nilai-nilai yang dijunjung klub. Cinta dan dukungan saya untuk selamanya.''
Kutipan ini diketahui diambil dari surat terbuka Wenger sebelum kepergiannya dari klub asal London Utara tersebut. Wenger merupakan salah satu pelatih legendaris Arsenal. Mantan pelatih Nagoya Grampus Eight itu menangani the Gunners selama 22 tahun, tepatnya dari 1996 hingga 2018.
Wenger pun masih menjadi pelatih terlama yang menukangi tim utama the Gunners. Selama membesut Arsenal, Wenger meraih tiga titel Liga Primer Inggris dan tujuh gelar juara Piala FA.
Bellerin merupakan salah satu pemain yang saat ini masih tersisa dari era kepemimpinan Wenger di Arsenal. Bellerin direkrut dari tim junior Barcelona pada 2011. Bellerin akhirnya dipromosikan ke tim utama pada 2013.
Sejak saat itu, Bellerin menjadi salah satu pilihan utama di lini belakang Arsenal. Di skuad Arsenal saat ini, pemain berusia 26 tahun itu pun menjadi penggawa dengan masa kerja yang paling lama.
Seperti dilansir Tribal Football, unggahan Bellerin di akun Twitternya tersebut terkait dengan polemik Liga Super Eropa (ESL). ''Bellerin menunjukkan kutipan dari Wenger itu terkait dengan keterlibatan Arsenal dalam pembentukan ESL,'' tulis laporan Tribal Football, Rabu (21/4).
Bellerin mengunggah foto lengkap dengan kutipan dari Wenger ini beberapa saat sebelum Arsenal mengambil keputusan mundur dari proyek ESL. Sebelumya, the Gunners merupakan satu dari 12 klub yang melepaskan diri dari Liga Champions dan membentuk kompetisi Liga Super Eropa.
Namun, ESL ternyata mengundang berbagai penolakan, terutama dari para fan di Inggris. ESL itu dianggap sebagai upaya para pemilik klub-klub besar untuk memperkaya diri sendiri dan mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri. Pun dengan sorotan terhadap kompetisi ESL, yang dianggap tertutup dan tidak mencerminkan semangat sportivitas dan kompetisi yang sehat.