Rabu 21 Apr 2021 17:17 WIB

Pemerintah Putin Habisi Gerakan Pro Navalny

Rusia akan mengecap organisasi antikorupsi Navalny sebagai ekstremis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Pada file foto Sabtu 20 Februari 2021 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny berdiri di dalam sangkar di Pengadilan Distrik Babuskinsky di Moskow, Rusia.
Foto: AP / Alexander Zemlianichenko
Pada file foto Sabtu 20 Februari 2021 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny berdiri di dalam sangkar di Pengadilan Distrik Babuskinsky di Moskow, Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Istana Kremlin sedang mempersiapkan tindakan keras terhadap pengikut Alexei Navalny. Moskow mengancam akan melikuidasi seluruh organisasi politiknya.

Dengan menggunakan bukti rahasia, pengadilan Moskow pekan depan akan mengumumkan Navalny's Anti-Corruption Foundation dan markas besar politik regionalnya sebagai organisasi ekstremis. Label ini sebelumnya diterapkan pada Alqaidah dan Jehovah Witnesses.

Baca Juga

Sekutu Navalny pun bersiap untuk protes terakhir untuk menyerukan kebebasan  sosok oposisi tervokal dari Presiden Vladimir Putin pada Rabu (21/4). Beberapa staf markas regional mulai menghapus data di jejaring sosial yang secara teratur berbagi informasi dengan pihak berwenang.

"Tidak ada keraguan bahwa Anti-Corruption Foundation akan diakui sebagai organisasi ekstremis bersama dengan markas regional dan ya, itu akan digunakan sebagai upaya lain untuk melikuidasi seluruh struktur kami," kata salah satu petinggi serta pembantu dan penyelenggara protes yang akan datang, Leonid Volkov.

Upaya ini jelas bahwa era dalam politik oposisi Rusia akan segera berakhir. "Kami akan menemukan cara untuk melanjutkan pekerjaan kami, tetapi kami harus melakukannya dengan sangat hati-hati untuk menghindari tuntutan pidana terhadap pendukung dan karyawan kami," kata Volkov.

"Jika kita biarkan seperti itu, maka dipastikan mereka akan mengajukan kasus pidana massal terhadap semua staf markas daerah," ujar Volkov.

Selama dekade terakhir, Navalny telah membangun organisasi luas yang mencakup kantor berita, tim investigasi yang telah mengungkap keterlibatan elite Kremlin dalam skema korup, pusat penelitian pemilu yang menargetkan partai berkuasa Rusia Bersatu. Organisasinya pun memiliki lebih dari 35 kantor pusat regional.

Navalny melakukan mogok makan selama hampir tiga minggu di penjara. Dia mengalami sakit parah di penjara Rusia dan dokternya mengatakan dia berisiko mengalami gagal ginjal atau serangan jantung.

Pada Selasa (20/4), Navalny merilis pernyataan melalui seorang pengacara yang berterima kasih kepada pendukungnya. Dia mengatakan tidak akan bisa disingkirkan begitu saja.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement