REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setelah melintas tahun kedua Hijriyah tahun pertama kalinya diwajibkan puasa atas kaum muslimin kedatangan bulan Ramadhan selalu mereka sambut dengan sukacita. Apalagi setelah mereka berhasil meraih kemenangan dalam perang Badar yang terjadi pada bulan suci tersebut.
"Kemenangan tersebut benar-benar mengesankan mereka," tulis Syekh Ahmad Rofi Usmani dalam bukunya Pesona Ibadah Nabi.
Ketika turunnya perintah puasa Ramadhan hati mereka bena-benar berbunga-bunga. Hatinya dan sarat dengan kecintaan kepada Allah karena mereka terus-menerus mengharapkan rahmat dan Ridhonya.
"Maka dari itu Allah memuliakan mereka dengan nikmat kemenangan lain dengan menguatkan mereka dengan pertolongannya," katanya.
Meski demikian Allah tetap mengingatkan mereka tentang semua itu lewat Firman-Nya dalam surat an-Anfal ayat 26 yang artinya.
"Dan ingatlah wahai kaum Muhajirin ketika kalian masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi .Makkah. Kalian takut orang-orang Makkah akan menculik kalian, maka Allah memberikan kalian tempat menetap (Madinah) dan menjadikan kalian kuat dengan pertolongannya dan memberikan kalian rezeki yang baik-baik agar kalian bersyukur."
Kemudian, ketika bulan Ramadhan berikutnya tiba, Rasulullah SAW merasa perlu memberikan arahan kepada kaum muslimin tentang keutamaan berpuasa. Karena itu selepas melaksanakan salat, beliau memberikan arahan kepada mereka.
Baca juga : Ini Amalan Dapatkan Jodoh yang Baik dalam Islam
"Wahai sahabat-sahabat! Allah SWT telah menyatakan, setiap amalan manusia adalah untuknya untuk kemaslahatan diri manusia, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa adalah milik-Ku dan Akulah yang membalasnya. Puasa adalah perisai dari neraka. Dan apabila seseorang yang sedang berpuasa, janganlah dia berkata keji, berhubungan badan, serta menghina orang. Apabila dia dicaci atau diajak berselisih, hendakya dia mengatakan bahwa dia sedang berpuasa. Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sungguh bau mulut orang yang sedang berpuasa di sisi Allah kelak pada hari kiamat lebih semerbak ketimbang wewangian. Selain itu, yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan. Pertama, ketika dia berbuka, kedua ketika dia bertemu dengan Tuhannya."