Rabu 21 Apr 2021 18:14 WIB

Laporan: Kebebasan Beragama China-Myanmar Terburuk

China dan Myanmar catat pelanggaran kebebasan beragama terjelek

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Nashih Nashrullah
China dan Myanmar catat pelanggaran kebebasan beragama terjelek. Ilustrasi kebebasan beragama
Foto: Republika/Mardiah
China dan Myanmar catat pelanggaran kebebasan beragama terjelek. Ilustrasi kebebasan beragama

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN – Pelanggaran kebebasan beragama meningkat dan penganiayaan terjadi di lebih dari 25 negara. Menurut Laporan Kebebasan Beragama di Dunia, China dan Myanmar memiliki rekor terburuk dalam pelanggaran kebebasan beragama. 

 

Baca Juga

Laporan Kebebasan Beragama di Dunia 2019-2020 mengatakan bahwa, di beberapa negara seperti Niger, Turki, dan Pakistan, prasangka terhadap agama minoritas membuat penduduk setempat menyalahkan mereka atas pandemi Covid-19 dan akses bantuan medis. 

 

Laporan setebal 800 halaman itu diluncurkan Aid to the Church in Need International (ACN), sebuah badan amal Katolik sedunia yang mempelajari pelanggaran kebebasan semua agama. 

 

Laporan itu menempatkan 26 negara dalam kategori merah yang menunjukkan ada penganiayaan. Sementara pada dua tahun lalu, hanya 21 negara yang mendapatkan kategori merah. 

 

Selain itu, 36 negara masuk ke dalam kategori oranye yang menunjukkan diskriminasi. Jumlah negara kategori oranye meningkat dari 17 pada dua tahun lalu. "Telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam keparahan penganiayaan dan penindasan bermotif agama," kata laporan itu. 

 

Laporan itu menyoroti tentang pelanggaran kebebasan beragama di China dan Myanmar. Pelanggaran paling mengerikan terjadi terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, di mana kekejaman telah mencapai skala sedemikian rupa sehingga semakin banyak ahli yang menggambarkan mereka sebagai genosida. 

 

Laporan ACN mengatakan, hierarki Katolik di China terus mengalami pelecehan dan penangkapan. Hal ini kerap terjadi meskipun ada kesepakatan penting yang ditandatangani pada 2018 antara Beijing dan Vatikan, tentang pengangkatan uskup di China daratan. 

 

Reuters melaporkan tahun lalu bahwa, dua biarawati yang bekerja dalam misi Vatikan di Hong Kong ditangkap ketika mereka pergi ke China daratan untuk berkunjung. China meningkatkan penggunaan pengenalan wajah pada seluruh umat beragama. 

 

Laporan ACN juga menyoroti pelanggaran kebebasan beragama di Myanmar. Laporan itu mengatakan, Muslim Rohingya telah menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia paling mengerikan. 

 

Masih menurut laporan itu, kudeta militer pada 1 Februari kemungkinan akan memperburuk keadaan bagi semua agama minoritas di Myanmar, termasuk sekitar 8 persen penduduk yang beragama Kristen.  

 

Dalam laporan juga disebutkan bahwa, Afrika akan menjadi medan pertempuran berikutnya melawan kelompok ekstremis. Kelompok ekstremis menyebabkan kekacauan di beberapa negara termasuk Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Nigeria, Kamerun utara, Chad, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Somalia, dan Mozambik. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement