Rabu 21 Apr 2021 22:13 WIB

Harga Jagung Mahal, Ini Penjelasan Petani

Produksi jagung pada tahun ini kemungkinan akan ada penurunan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petani memperlihatkan jagung yang dipanen lebih dini di Kampung Beberan, Cipocok, Serang, Banten, Senin (15/3). Harga jagung disebut tengah dalam tren kenaikan harga sehingga berdampak pada harga pakan unggas dan harga jual daging ayam.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Petani memperlihatkan jagung yang dipanen lebih dini di Kampung Beberan, Cipocok, Serang, Banten, Senin (15/3). Harga jagung disebut tengah dalam tren kenaikan harga sehingga berdampak pada harga pakan unggas dan harga jual daging ayam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga jagung disebut tengah dalam tren kenaikan harga sehingga berdampak pada harga pakan unggas dan harga jual daging ayam. Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) menyampaikan, tingginya harga jagung saat ini lantaran produksi yang tengah terbatas.

Ketua Umum APJI, Sholahuddin, mengatakan, saat ini memang masih dalam musim panen. Namun hanya berada pada area kecil di Luar Jawa seperti di Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat.

Sementara, panen jagung di Jawa yang menjadi penyumbang terbesar produksi sudah selesai pada Februari-Maret lalu. "Sekarang di Jawa jagung baru berumur sekitar 60 hari, satu bulan lagi baru akan panen," kata Sholahuddin kepada Republika.co.id, Rabu (21/4).

Sholahuddin menyampaikan, rata-rata harga jagung berdasarkan pantauan APJI berada pada kisaran Rp 4.500-Rp 4.750 per kilogram (kg) di tingkat petani. Adapun acuan harga jagung dari pemerintah paling murah Rp 2.500 untuk kadar air 35 persen dan Rp 3.150 per kg untuk kadar air 15 persen.

Lebih lanjut, ia mengatakan, sesuai prediksi di tahun lalu, produksi jagung pada tahun ini kemungkinan akan ada penurunan. Itu disebabkan faktor gangguan penyakit serta tikus. Faktor cuaca ekstrem juga cukup menghambat produksi jagung pada awal tahun ini.

"Tahun ini curah hujan tinggi, petani tidak ada yang berani simpan jagung takut rusak. Akhirnya dia jual dengan risiko harga rendah. Disaat sudah musim panas, jagung sudah tidak ada lagi," kata Sholahuddin.

Menurutnya, sekalipun harga saat ini tinggi, tidak banyak petani yang bisa merasakan keuntungan. Pasalnya produksi sedang minim. Petani, kata dia, juga banyak yang tidak melakukan penanaman jagung lantaran mengalami kerugian dalam dua kali masa tanam sebelumnya.

Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sebelumnya menyatakan terdapat kenaikan signifikan untuk harga jagung lokal yang digunakan sebagai bahan baku pakan unggas. GPMT menyebut harga saat ini bahkan menyentuh hingga Rp 6.000 per kg di berbagai daerah.

"Hari ini, harga jagung sudah Rp 6.100 per kg di Medan. Lalu juga tembus Rp 6.000 per kg di beberapa tempat. Artinya harga memang tinggi," kata Ketua Umum GPMT, Desianto Budi Utomo dalam webinar Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi, Selasa (20/4).

Ia mengatakan, ada anomali yang terjadi pada harga jagung. Pasalnya saat ini masih dalam masa panen jagung dari para petani. "Kita hadapi anomali, ketika panen harga juga bisa Rp 5.000 per kg apalagi sekarang sudah Rp 6.000 per kg," kata Desianto menambahkan.

Desianto menuturkan, persoalan seperti ini sudah terjadi dalam kurunw aktu 35 tahun terakhir. Solusi yang ditawarkan pun sekadar peta jalan, program zonasi produksi, serta intensifikasi. Ia meminta agar jalan keluar yang solutif dari berbagai pihak untuk bisa mengatasi masalah jagung secara permanen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement