REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah lukisan milik Denny JA yang diberi judul: 'A Portrait of Denny JA: 40 Years in the World of Ideas’, terjual dengan harga Rp.1 milar. Ini menjadi catatan pertama sebuah karya NFT di Indonesia yang laku terjual dengan harga setinggi itu.
Denny mengatakan lukisannya itu sudah seminggu dilelang di Opensea. Adapun Opensea sendiri adalah salah satu tempat lelang terbesar di dunia untuk karya digital NFT. Para kolektor, seniman dan peminat dari seluruh dunia dapat mengakses marketplace Opensea.
Hingga tahun 2021, menurut Denny, tersedia 4 juta karya yang dilelang di sana. Berbeda dengan tempat lelang bisa, dalam lelang opensea, segala hal dikerjakan berdasarkan blockchain technology, smart contacts.
"Lelang di Opensea tak lagi melibatkan satu administrator manusia pun. Semua dikerjakan secara otomatis berdasarkan ketentuan smart-contracts,” kata Denny, dalam siaran persnya, Kamis (22/4).
Terjualnya lukisan NFL dengan harga yang mencapai Rp.1 miliar, bagi seniman dan penggemar NFT di Indonesia, menjadi hal yang istimewa. Karena untuk pertama kalinya, karya dari Indonesia dilelang dan laku di sana dengan harga 27.5 WETH.
"Pada tanggal 22 April 2021, harga 1 WETH naik turun antara Rp 36 juta- Rp 37 juta. Ini setara dengan nilai sekitar 1 milyar rupiah,” ungkap Denny
Lukisan A Portrait of Denny JA: 40 Years in the World of Ideas disusun berdasarkan 102 sampul buku yang ditulis Denny JA selama 40 tahun berkarya. Awalnya karya ini milik pelukis Galam Zulkifi. Ia melukis dua wajah Denny JA. Pelukis Galam membuat lukisan itu dalam rangka ikut merayakan tahun 2021 sebagai 40 tahun Denny JA berkarya.
Karya pelukis Galam Zulkifli sudah dibeli oleh studio Denny JA. Oleh Denny JA, lukisan itu ia ubah ke bentuk NFT, bentuk seni yang kini sedang trend bersama hangatnya dunia chryptocurrency.
Dalam lelang lukisan A Portrait of Denny JA, empat akun mengajukan harga, yang semakin lama semakin tinggi. Alan Joe Jr, mengajukan harga tertinggi, dalam bentuk 27.5 WETH. Adapun transaksi dilakukan dalam bentuk mata uang Chryptocurrency: Euthereum.
Studio Denny JA menerima hasil penjualan setelah dipotong fee bagi jasa lelang aplikasi Opensea, senilai 77,4 USD, sekitar Rp.1 juta. Fee sekitar 0, 1 persen dari harga jual.
“Blockchain technology yang mendasari chryptocurrency dan produk NFT adalah revolusi yang mengubah peradaban dunia secara mendasar. Budaya keuangan dan seni di Indonesia juga akan berubah,” ungkap Denny.
Dana satu milyar hasil penjualan NFT lukisannya, menurut Denny, akan ia donasikan membentuk galery NFT terbesar di Indonesia. Dikatakan Denny, dalam galery NFT itu, ia akan banyak menampilkan karya NFT yang menampilkan budaya kuno dunia ataupun nusantara.
Saat ini, Denny JA pun memegang koleksi delapan koran cetak asli, 100 edisi, yang pernah terbit di Indonesia. Koran tersebut sudah menghilang sekitar 100 tahun lalu. Bersama tim, Denny sedang mengolah bahan ini menjadi serial 100 NFT berikutnya.