Mengembalikan Kejayaan Batik Patron Ambarawa

Red: Yusuf Assidiq

   Sejumlah peraga busana menunjukkan batik patron Ambarawa pada acara peringatan Hari Kartini 2021 yang digelar Perempuan Berkebaya Indonesia Ambarawa (PBIA) di pendopo rumah dinas Bupati Semarang, di Ungaran, Kabupaten Semarang. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengenalan sekaligus membangkitkan kembali kecintaan terhadap batik khas Ambarawa yang sudah 1,5 abad hilang.
Sejumlah peraga busana menunjukkan batik patron Ambarawa pada acara peringatan Hari Kartini 2021 yang digelar Perempuan Berkebaya Indonesia Ambarawa (PBIA) di pendopo rumah dinas Bupati Semarang, di Ungaran, Kabupaten Semarang. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengenalan sekaligus membangkitkan kembali kecintaan terhadap batik khas Ambarawa yang sudah 1,5 abad hilang. | Foto: Bowo Pribadi.

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh : Bowo Pribadi

Peringatan Hari Kartini tahun ini menjadi momentum bagi komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Ambarawa (PBIA) untuk mengembalikan kejayaan batik khas Ambarawa yang selama ratusan tahun telah punah. Komunitas ini memiliki tekad  besar untuk menghidupkaan kembali industri/kerajinan batik sekaligus menjadikan Kecamatan Ambarawa sebagai sentra batik di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, khususnya batik patron Ambarawa.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua PBIA, Diana Satyarini di sela acara peringatan Hari Kartini 2021 yang digelar di Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang, di Ungaran, Kabupaten Semarang. Menurut Diana, Ambarawa bukan saja menjadi salah satu kota kecamatan yang bersejarah di Kabupaten Semarang, namun juga memiliki kekayaan budaya warisan leluhur yang salah satunya berupa seni/kerajinan batik yang sudah lama punah.

Setidaknya ini diketahui dari temuan sebanyak 83 motif batik patron Ambarawa yang tersimpan sebagai koleksi Tropenmuseum Tropen (Museum Antropologis) di Amsterdam, Belanda. Berdasarkan data koleksi museum antropologi terbesar di Belanda itu, ke-83 batik patron Ambarawa tersebut tertulis tahun 1876, yang diperkirakan merupakan tahun produksi/pembuatan dari batik itu.

Namun di era sekarang ini, sudah tidak ada lagi perajin batik yang tersisa di wilayah Kecamatan Ambarawa, apalagi untuk nguri-uri (melestarikan, red.) warisan budaya batik patron Ambarawa tersebut. Batik patron Ambarawa, lanjutnya, merupakan batik akulturasi batik pesisir dengan batik pedalaman yang memiliki ciri warna sogan (pewarna alami) dengan motif tambal, ceplok, dan motif alam khas Ambarawa lainnya.

“Kini setelah lebih satu setengah abad punah, kami komunitas PBIA menginisiasi dan akan mendukung penuh upaya untuk membangkitkan dan mengembalikan kejayaan batik patron Ambarawa di kampung halamannya,” tegasnya.

Diana juga mengaku, untuk mewujudkan cita-cita tersebut, PBIA bersama dengan Rumah Batik Adisty telah merpro sekitar 18 motif batik patron Ambarawa dan hasilnya telah beberapa kali ditampilkan dan diperkenalkan kepada masyarakat luas.

“Salah satunya melalui peragaan busana kebaya, yang diselenggarakan oleh komunitas PBIA dalam menyambut Hari Kartini di Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang, kali ini,” tambah Diana.

Peragaan busana

Ke depan, produksi batik patron Ambarawa ini akan diperbanyak. Bersama dengan berbagai komunitas di Ambarawa akan memkenalkan kepada masyarakat luas dan mendorong munculnya perajin batik lokal di Ambarawa.

Dengan kian dikenalnya batik Patron Ambarawa maka masyarakat akan merasa memiliki. “Kami juga memiliki keinginan untuk bisa mendirikan Galeri Batik Patron Ambarawa, juga di wilayah Ambarawa,” ujarnya.

Ketua Panitia Peringatan Hari Kartini  2021 PBIA, Maria Utami, menambahkan pada peringatan Hari Kartini oleh PBIA kali ini, salah satunya memang ditampilkan peragaan busana. Peragaan busana ini juga khusus menampilkan beberapa motif batik patron Ambarawa tersebut.

“Tujuannya, PBAI berkomitmen mendorong agar batik khas Ambarawa tersebut dikenal dan dicintai oleh masyarakat di Ambarawa dan Kabupaten Semarang,” katanya.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Semarang, Peni Yulianingsih, mengapresiasi apa yang telah diinisiasi oleh komunitas PBIA untuk menggali kembali dan melestarikan kekayaan budaya daerah, khususnya batik patron Ambarawa.

Menurutnya, upaya untuk melestarikan warisan budaya ini dimotori oleh komunitas perempuan yang selama ini sangat peduli terhadap pelestarian busana khas daerah, dalam hal ini adalah kebaya.  

Ia juga berharap melalui upaya komunitas PBIA tersebut, ke depan batik khas Ambarawa akan semakin memperkaya khasanah dan keragaman warisan budaya asli Kabupaten Semarang, sebagai daya tarik daerah.

Terlebih, pakaian khas daerah juga sudah ditetapkan sebagai busana resmi di lingkungan Pemkab Semarang untuk hari tertentu .”Sehingga sangat sejalan dengan program Pemerintah Kabupaten Semarang,” tambahnya

Terkait


Arkeolog Kritisi Aturan Asing Angkut 'Harta Karun'

Semangat Melestarikan Aksara Sunda di Masa Pandemi

Wayang Suket Jadi Warisan Budaya tak Benda

Kemendikbud Ingin Jalur Rempah Diakui UNESCO

Menjaga Warisan dan Memilenialkan Kopiah di Indonesia

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark