Kamis 22 Apr 2021 16:49 WIB

Imunisasi Belum Lengkap, Wabah Dikhawatirkan Terjadi

Dengan tatap muka, mereka akan bisa saling tukar menukar bakteri dan virus.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Kader posyandu mencatat jadwal imunisasi di Rorotan, Jakarta Utara. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Kader posyandu mencatat jadwal imunisasi di Rorotan, Jakarta Utara. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 di Tanah Air, sudah terjadi lebih dari setahun terakhir. Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) khawatir, jika imunisasi rutin dan imunisasi dasar lengkap pada bayi, balita, hingga anak sekolah terlambat diberikan--bahkan tidak mendapatkannya sama sekali padahal sekolah tatap muka sudah di depan mata--maka dikhawatirkan wabah bisa terjadi.

Dokter Spesialis Anak sekaligus dari ITAGI Soedjatmiko menjelaskan, ada atau tidak ada pandemi Covid-19, penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi seperti difteri, campak, pertusis, influenza, cacar, pneumonia dan lain-lain, akan terus ada. Kemudian sebelum pandemi terjadi, dia melanjutkan, banyak bayi meninggal dunia gara-gara campak, diare, pneumonia, difteri. 

Namun waktu pandemi menghantam, seolah-olah penyakit itu berkurang. Padahal, mungkin karena anak-anak jarang keluar rumah, yang sekolah juga tak sekolah sehingga seolah menurun. 

"Tetapi, kalau banyak anak yang imunisasinya tidak lengkap maka banyak bayi yang lahir pada 2020 yang imunisasinya tidak lengkap atau tidak diimunisasi, kemudian kalau terjadi wabah difteri atau campak atau polio atau influenza, maka bisa terjadi dua wabah, selain Covid-19 juga campak dan sebagainya," ujarnya saat mengisi konferensi virtual FMB9 bertema Pentingnya Imunisasi di Tengah Pandemi, Kamis (22/4).

Dia khawatir, kalau sekolah tatap muka dimulai beberapa bulan mendatang, dan pelajar yang masih anak-anak SD yang seharusnya melengkapi imunisasinya seperti difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) tapi tidak melakukannya, atau imunisasi campak rubella (MR) dan tidak mendapatkannya, maka ketika tatap muka mereka akan saling tukar menukar bakteri dan virus bisa terjadi. "Akibatnya bisa terjadi wabah di sekolah," katanya.

Tak hanya itu, kata dia, ketika sang anak pulang ke rumah kemudian merasakan sakit dan menularkan ke anggota keluarga, adiknya atau kakaknya, maka itu bisa terjadi wabah di keluarga. Karena itu, dia mengingatkan, jika imunisasi rutin dan dasar lengkap tak diberikan seluruhnya, maka risiko ketika diserang penyakit-penyakit tersebut membuat kondisi anak lebih berat. 

"Mulai dari bisa dirawat di rumah sakit lebih lama bahkan bisa mengalami kecacatan atau meninggal," ujarnya. 

Menurut dia, tentu akan repot dan sedih kalau anak, cucu, ponakan sendiri mengalaminya kemudian harus dirawat. Kondisi ini tentu berbeda pada anak yang sudah divaksinasi meski masih bisa terkena penyakit tetapi kondisinya jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. 

Oleh karena itu, Soedjatmiko meminta, semua keluarga di Indonesia, supaya melengkapi imunisasi untuk buah hatinya yang masih bayi, balita, anak sekolah hingga remaja. 

"Yang belum lengkap imunisasinya, buka catatan imunisasi dan segera minta (ke tempat imunisasi), tidak apa-apa dobel. Setiap tahun sekitar 22 juta anak Indonesia telah diimunisasi dan tidak ada masalah," katanya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement