Kamis 22 Apr 2021 19:39 WIB

Utusan Khusus PBB Tiba di Jakarta untuk Bahas Myanmar

Utusan Khusus PBB akan membahas upaya mengakhiri pertumpahan darah di Myanmar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi membahas soal Myanmar dengan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Urusan Myanmar, Christine Schraner-Burgener di sela Sidang Umum ke-74 PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (23/9)
Foto: Dok Kemenlu
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi membahas soal Myanmar dengan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Urusan Myanmar, Christine Schraner-Burgener di sela Sidang Umum ke-74 PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (23/9)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utusan Khusus PBB di Myanmar Christine Schraner Burgener terbang ke Jakarta untuk bertemu pejabat-pejabat senior Asosiasi Asia Tenggara (ASEAN). Tiga orang sumber yang mengetahui pergerakannya mengatakan Burgener akan membahas upaya mengakhiri pertumpahan darah yang terjadi setelah kudeta Myanmar.

Kamis (22/5) salah satu sumber mengatakan Burgener tidak mengikuti pertemuan pemimpin-pemimpin ASEAN yang digelar 24 April mendatang. Tapi Burgener akan menggelar rapat di sela-sela kegiatan tersebut.

Sebelumnya pada 17 April lalu juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Tanee Sangrat mengatakan Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing akan menghadiri pertemuan tersebut. Bernama melaporkan pertemuan itu akan digelar via video konferensi.

Sementara Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocah mengatakan ia tidak menghadiri pertemuan tersebut. Ia menambahkan Thailand akan diwakili Deputi Perdana Menteri Don Pramudwinai yang juga menjabat sebagai menteri luar negeri dalam pertemuan yang digelar di Jakarta tersebut.

Dalam pertemuan virtual baru-baru ini Perwakilan Permanen PBB di Vietnam Dang Dinh Quy menekankan prioritas utama di Myanmar saat itu memastikan keamanan, keselamatan dan nyawa semua orang. Serta tidak menghalangi bantuan kemanusiaan untuk yang membutuhkan terutama kelompok rentan.

Ia meminta semua pihak yang prihatin mengenai kondisi Myanmar untuk menahan diri dari aksi kekerasan dan menggelar dialog dan rekonsiliasi berdasarkan kehendak dan aspirasi rakyat. Atas nama perdamaian dan stabilitas kawasan. n Lintar Satria/Reuters

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement