Kamis 22 Apr 2021 21:42 WIB

Jangan Gemar Laknat atau Kutuk Apapun, Ini Alasannya 

Laknat atau kutukan bisa berdampak pada pelaku itu sendiri

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Laknat atau kutukan bisa berdampak pada pelaku itu sendiri. Ilustrasi melaknat
Foto: Huffpost
Laknat atau kutukan bisa berdampak pada pelaku itu sendiri. Ilustrasi melaknat

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Salah satu perilaku buruk yang paling berbahaya adalah terburu-buru menilai orang lain. Menempatkan posisi seolah menjadi hakim untuk menilai apakah seseorang pantas mendapatkan kasih sayang atau kutukan. 

Mengucapkan kata-kata laknat atau terkutuk merupakan salah satu perbuatan tercela yang dilarang Nabi Muhammad SAW. Banyak hadits yang menyebutkan itu. Di antaranya, hadits Muslim, yang di dalamnya Rasulullah SAW bersabda: 

Baca Juga

إني لم أبعث لعانا و إنما بعثت رحمة "Aku tidak tidak diutus sebagai seorang pelaknat tetapi aku diutus sebagai rahmat." Dalam hadits Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: 

ليس المؤمن بالطعان ولا اللعان ولا الفاحش ولا البذيء "Orang yang beriman tentu bukan orang yang mencela, mengutuk, cabul, atau tidak senonoh." Dalam hadits lain, Rasulullah SAW memperingatkan: 

لا تلاعنوا بلعنة الله ولا بغضبه ولا بالنار "Jangan mengutuk dengan kutukan Allah, murka-Nya, atau neraka."

Karena itu, Islam mengajarkan untuk tidak mendoakan orang-orang dengan sesuatu yang menjauhkan dari kasih sayang Allah SWT, baik secara eksplisit atau implisit. Misalnya, dengan mengucapkan, "Semoga Allah mengutuknya", "Allah murka padanya", "semoga Allah membawanya ke neraka", atau sejenisnya. Dari Abu Darda, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:  

إن العبد إذا لعن شيئا صعدت اللعنة إلى السماء فتغلق أبواب السماء دونها ثم تهبط إلى الأرض فتغلق أبوابها دونها ثم تأخذ يمينا وشمالا فإذا لم تجد مساغا رجعت إلى الذي لعن فإن كان لذلك أهلا وإلا رجعت إلى قائله

"Jika seorang hamba melaknat sesuatu, maka laknat itu akan naik ke langit, dan tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu akan turun lagi ke bumi, namun pintu-pintu bumi telah tertutup. Kemudian laknat tadi mencari jalan ke kanan dank e kiri, jika tidak dapat tempat, dia kan kembali ke orang yang dilaknat, jika memang dia pantas terjadilah laknat itu, jika tidak akan kembali ke pelaknatnya (sendiri).”

" (HR Abu Dawud)

Al-Manawi menjelaskan, jika seorang hamba mengutuk seseorang dengan berdoa agar yang bersangkutan dijauhkan dari rahmat Allah SWT, berarti kutukan tersebut naik ke surga yang tentu saja akan menolak kutukan tersebut karena surga tempat amal saleh sehingga tidak menerima kutukan itu.

Lalu kutukan tersebut turun ke bumi, dan bumi menutup kutukan itu dengan mencegahnya datang. Kutukan itu pun bingung tidak tahu harus ke mana lagi dan tidak tahu harus berakhir di mana. Akhirnya, kutukan itu kembali ke orang yang mengirimnya.

Karena itu, hadits Abu Dawud di atas mengajarkan untuk tidak mengutuk mereka yang tidak pantas dikutuk, dan janji bahwa kutukan tersebut akan kembali mendatangi orang yang mengirimnya.

يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ "Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan." (QS An Nur 44)

Sumber: islamweb

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement