Kamis 22 Apr 2021 22:12 WIB

Dikotomi 'Orang Lain' Renggangkan Muslim dan Hindu India?

Istilah yang lain disebut sebagai pemicu renggangnya Muslim Hindu India

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Istilah yang lain disebut sebagai pemicu renggangnya Muslim Hindu India. Ilustrasi masjid di India
Foto: AP/Manish Swarup
Istilah yang lain disebut sebagai pemicu renggangnya Muslim Hindu India. Ilustrasi masjid di India

REPUBLIKA.CO.ID, JAKART- Ömer Lekesiz, seorang penulis asal Turki menceritakan pengalamannya berkunjung ke India, 15 tahun lalu. Kota yang dia dan teman-temannya tuju selain Mumbai, adalah Kolkata, salah satu kota pelabuhan di India dan ibu kota Benggala Barat.

Alasannya mengunjungi kedua kota itu karena rasa penasaran untuk melihat wajah Muslim India. Hal ini disebabkan fakta bahwa, meskipun rasio Muslim di antara populasi India yang hampir 1,5 miliar adalah 15 persen, mayoritas mereka berada di Kolkata. “Oleh karena itu, tempat ini terlihat seperti tempat dimana kita bisa mengamati kehidupan umat Islam lebih dekat,” tulisnya yang dikutip di Yenisafak, Kamis (22/4).

Baca Juga

Hal pertama yang dia lakukan ketika mendarat di Kolkata, setelah menghabiskan tiga jam pernebangan, adalah pergi ke Masjid Pangeran Ghulam. Lantai masjid yang tidak dilapisi karpet atau alas apapun membawa culture shock bagi Lekesiz dan rekannya yang terbiasa menggunakan alas sholat. 

“Karena tergesa-gesa agar tepat waktu untuk sholat berjamaah di Masjid Pangeran Ghulam, kami memasuki area sholat tanpa melepas sepatu kami, lalu tiba-tiba seseorang yang berada di depan kami mengusir kami dengan tatapan tegas dan suara marah yang nyaring,” ceritanya. 

“Meskipun kami berulang kali menyatakan bahwa kami adalah Muslim, kami tidak dapat menenangkannya. Kami menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya kami di sana, bahwa kami tidak bisa membedakan antara bagian sholat dan non sholat karena lantainya, dan meminta maaf,” sambungnya, menambahkan bahwa meskipun masalah itu kemudian diselesaikan, kemarahan di mata orang yang awalnya bereaksi terhadap mereka tidak meredup sama sekali. 

Hal ini tidak mungkin dijelaskan dengan klise mediatis bahwa "Muslim menyembelih sapi, yang dianggap suci oleh umat Hindu, oleh karena itu pertarungan di antara mereka tidak pernah berakhir." Tentunya ini harus mendapat tanggapan dari segi sosial, namun, seperti kekerasan Hindu yang dihadapi umat Islam tidak terbatas pada ini, ini juga bukan masalah saat ini, kata dia.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement