REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Bumi 2021 membuka mata banyak kalangan untuk terus menjaga kelestarian air. Menurut data World Resources Institute (WRI) pada tahun 2013 lalu, terdapat 36 negara dengan tingkat stres air (water stress, sebuay situasi ketika cadangan air tidak mencukupi jumlah permintaan air di negara tersebut) yang sangat tinggi. Meski Indonesia bukanlah salah satunya, tetapi dalam data stres air WRI tersebut, negara kita tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi.
Dengan kondisi seperti saat ini, konservasi air menjadi sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang memang rentan kekeringan seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dan untuk itu diperlukan kerjasama dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.
Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai, Saparis Soedarjanto menjelaskan, pemerintah tengah melakukan berbagai upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) sebagai bagian dari inisiatif memperkuat daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dan mengurangi kejadian bencana hidrometeorologi.
“Upaya pemulihan ini dilakukan secara fisik melalui kegiatan RHL dan pembuatan bangunan sipil teknis, maupun dengan membangun kesadaran dan peran masyarakat, pemerintah daerah dan swasta. Dalam hal ini kami juga mengapresiasi sektor swasta yang dalam menjalankan usahanya tetap mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan terus berinovasi dalam mengembangkan berbagai inisiatif untuk bersama menjaga kualitas dan kuantitas air”, kata Saparis dalam Sesi webinar “Konservasi Air Demi Masa Depan” yang digelarDanone Indonesia bekerjasama dengan Katadata, Kamis (22/4).
Sementara itu terkait peran sektor swasta tersebut, Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni menjelaskan, pihaknya bersama masyarakat dan para mitra terus berkomitmen dan telah melakukan berbagai inisiatif pengelolaan sumber daya air. Sifatnya ini berkelanjutan melalui berbagai upaya konservasi, pertanian ramah lingkungan, serta penyediaan akses air bersih baik bagi masyarakat.
"Selain itu kami juga selalu berupaya untuk menargetkan penghematan dan pemanfaatan kembali air, serta menjalankanpraktik bisnis yang bertanggung jawab dan sesuai dengan regulasi terkait penggunaan sumber daya air yang ditetapkan oleh pemerintah," kata dia.
Menurut Ratih, berkat kemitraan yang terbangun bersama dengan pemerintah pusat dan lokal, masyarakat, serta LSM, hingga saat ini, Danone Indonesia tercatat telah menanam hingga lebih dari 2,4 juta pohon dan membangun lebih dari 1.900 sumur resapan. Kemudian, membangun lebih dari 80 ribu lubang biopori, membangun fasilitas panen hujan, serta membuka akses air bersih dan sanitasi (WASH) yang menjangkau lebih dari 361.000 orang.
Bekerja dengan para ahli dan pemangku kepentingan lokal, pihaknya juga, kata dia, berupaya untuk melakukan mitigasi dampak penurunan sumber daya air akibat perubahan iklim seperti yang dilakukan di DAS Rejoso, Jawa Timur. Inisiatif ini diharapkan dapat memulihkan DAS tersebut yang saat ini mengalami tekanan dengan perubahan tutupan lahan dan penggunaan air yang tidak bertanggung jawab.
"Selain itu, Danone Indonesia juga bergabung dan menjalin kolaborasi bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Yayasan Aliansi Wali Sumber Daya Air Indonesia (AWS Indonesia), PT Coca-Cola Indonesia, Global Water Partnership Southeast Asia, PT L’Oréal Indonesia, PT Multi Bintang Indonesia, PT Nestlé Indonesia, dan PT Unilever Indonesia, Tbk untuk mengembangkan Koalisi Air Indonesia yang menjadi bentuk kemitraan multipihak," kata dia.
“Kami berharap, kedepannya seluruh pihak termasuk seluruh pengguna air dapat memaknai betapa berharganya air dan memanfaatkannya secara bijak sekaligus menjaga kelestariannya lebih baik lagi sehingga kualitas, kuantitas dan keberlanjutannya dapat terus terjaga,” kata Ratih menambahkan.