REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menarik pasukannya dari perbatasan dengan Ukraina pada Kamis (22/4). Kehadiran personel militer Rusia di sana telah mengundang kecaman Barat, terutama Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu melakukan inspeksi kesiapan tempur pada Kamis pagi waktu setempat. Setelah mengumumkan diakhirinya latihan militer, dia memerintah pasukan Rusia kembali ke pos penempatan permanen mereka.
"Tujuan dari pemeriksaan mendadak telah tercapai sepenuhnya. Pasukan menunjukkan kemampuan untuk memberikan pertahanan yang dapat diandalkan negara. Dalam hal ini, saya telah memutuskan untuk menyelesaikan kegiatan inspeksi di distrik militer Selatan dan Barat," kata Shoygu menyusul latihan di dekat dan di Laut Hitam, dikutip laman Anadolu Agency.
Kendati demikian, Shoygu menegaskan negaranya akan terus mengikuti pengerahan pasukan NATO ke perbatasan selatan Rusia. Pasukan NATO diketahui akan mengikuti latihan militer Defender Europe 2021. "Di wilayah ini (Laut Hitam), aktivitas militer blok NATO meningkat secara signifikan. Aktivitas intelijen diperkuat, dan intensitas serta skala aktivitas pelatihan operasional meningkat,” ujar Shoygu.
"Kami memantau dengan cermat pengerahan pasukan aliansi ke area latihan Defender Europe 2021 mendatang. Di Polandia, Slovakia, Hungaria, Rumania, dan Bulgaria, pusat koordinasi telah didirikan untuk memastikan pertemuan pasukan dan pengiriman NATO," kata Shoygu.
Ia memerintahkan angkatan bersenjata Rusia untuk terus memantau area Defender Europe 2021. Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia telah mengumpulkan pasukan siap tempur di dekat perbatasan Ukraina. Menurut Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg itu merupakan pengerahan terbesar sejak Rusia melakukan aneksasi terhadap Krimea pada 2014.
Ukraina menuding Rusia memicu ketegangan. Sementara Moskow mengatakan langkah itu diambil sebagai respons atas tindakan provokatif Kiev. Menurut PBB, pertempuran antara pasukan pemerintah Ukraina dan separatis pro-Rusia di wilayah timur Ukraina telah menyebabkan lebih dari 13 ribu orang tewas.