Jumat 23 Apr 2021 04:40 WIB

Jokowi Ajak Dunia Kendalikan Perubahan Iklim

Ada tiga pemikiran yang disampaikan Jokowi terkait dengan isu perubahan iklim.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden Joko Widodo (Jokowi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim atau Leaders Summit on Climate secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/4) malam. Dalam pidatonya, Presiden menyampaikan tiga pemikiran terkait dengan isu perubahan iklim.

Pertama, Presiden menegaskan Indonesia sangat serius dalam upaya pengendalian perubahan iklim. Indonesia pun mengajak dunia untuk melakukan aksi-aksi nyata.

Baca Juga

Sebagai negara kepulauan terbesar dan pemilik hutan tropis, kata Jokowi, penanganan perubahan iklim merupakan kepentingan nasional Indonesia. Melalui kebijakan, pemberdayaan, dan penegakkan hukum, laju deforestasi Indonesia saat ini turun terendah dalam 20 tahun terakhir.

"Penghentian konversi hutan alam dan lahan gambut mencapai 66 juta hektare, lebih luas dari gabungan luas Inggris dan Norwegia. Penurunan kebakaran hutan hingga sebesar 82 persen di saat beberapa kawasan di Amerika, Australia, dan Eropa mengalami peningkatan terluas," ujar Jokowi.

Kedua, Jokowi mengajak para pemimpin agar memajukan pembangunan hijau untuk dunia yang lebih baik. Menurut dia, Indonesia telah memutakhirkan kontribusi yang ditentukan secara nasional (nationally determined contributions/NDC) untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan ketahanan iklim.

Indonesia juga menyambut baik penyelenggaraan Konvensi Kerangka Perubahan Iklim ke-26 di Inggris untuk hasil yang implementatif dan seimbang serta menyambut baik target sejumlah negara menuju net zero emission tahun 2050. Namun, agar kredibel, komitmen tersebut harus dijalankan berdasarkan pemenuhan komitmen NDC tahun 2030.

"Negara berkembang akan melakukan ambisi serupa jika komitmen negara maju kredibel disertai dukungan riil. Dukungan dan pemenuhan komitmen negara-negara maju sangat diperlukan," tambahnya.

Ketiga, untuk mencapai target Persetujuan Paris dan agenda bersama berikutnya, Jokowi menilai kemitraan global harus diperkuat. Kesepahaman dan strategi perlu dibangun di dalam mencapai net zero emission dan menuju UNFCCC COP-26 Glasgow.

Ia melanjutkan  Indonesia sendiri sedang mempercepat pilot percontohan net zero emission antara lain dengan membangun Indonesia Green Industrial Park seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara yang akan menjadi yang terbesar di dunia. "Kami sedang melakukan rehabilitasi hutan mangrove seluas 620 ribu hektare sampai 2024, terluas di dunia dengan daya serap karbon mencapai empat kali lipat dibanding hutan tropis. Indonesia terbuka bagi investasi dan transfer teknologi, termasuk investasi untuk transisi energi," jelasnya.

Selain itu, peluang besar juga terbuka bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, dan kendaraan listrik. Presiden menegaskan presidensi Indonesia untuk G20 pada 2022 akan memprioritaskan penguatan kerja sama perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. "Indonesia juga terus mendukung upaya para sahabat kami di kawasan Pasifik," kata dia.

Menurutnya, seluruh negara perlu terus melakukan aksi kemitraan global yang nyata dan bukan saling menyalahkan. Apalagi, lanjutnya, menerapkan hambatan perdagangan dengan berdalih isu lingkungan.

Untuk diketahui, KTT Leaders Summit on Climate ini dibuka secara resmi oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. Konferensi ini diikuti oleh 41 kepala negara/kepala pemerintahan/ketua organisasi internasional.

Dalam acara ini, Presiden disampingi oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar. Sementara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mendampingi secara virtual.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement