REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Pertahanan Rusia mengumumkan akan menarik sebagian besar pasukannya di perbatasan Ukraina yang ditumpuk beberapa pekan terakhir. Langkah ini diprediksi akan mengurangi potensi krisis ancaman militer Rusia.
"Saya yakin tujuan untuk inspeksi mendadak sudah tercapai sepenuhnya, pasukan menunjukkan kemampuan mereka dalam memastikan keandalan pertahanan negara," kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, seperti dikutip dari U.S News, Kamis (22/4).
Hal ini ia sampaikan dalam pidatonya saat berkunjung ke garis depan perbatasan Rusia. Ukraina memprediksi Rusia mempertahankan sekitar 120 ribu personel pasukan. Mereka selalu menjalani latihan militer.
NATO pun meresponnya dengan menggelar latihan militer di tempat lain. Shoigu mengatakan Komandan-komandan Rusia akan mulai melakukan rencana penarikan pasukan pada 23 April dan selesai pada 1 Mei.
Belum diketahui bagaimana perintah Shoigu akan berdampak pada situasi provokatif yang terjadi di sepanjang perbatasan. Sebab perintahnya pada Kamis ini hanya berlaku pada pasukan yang ditempatkan sementara.
Sebelumnya pada pekan ini Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Rusia juga mengerahkan formasi pasukan permanen di Krime, termasuk pasukan penerjun.
"Kami tidak dapat memastikan apakah Moskow mulai memutuskan untuk meningkatkan agresivitas ke tahapan baru terhadap Ukraina tapi yang pasti mereka akan bersiap, siap melakukannya dalam beberapa pekan kedepan," kata Kuleba dalam konferensi pers virtual pekan ini.
Ia juga mencatat relokasi kapal perang laut dangkal Rusia dari Laut Kaspia ke Laut Hitam. Jalur perairan internasional strategis yang penting yang sebelumnya Moskow ingin kendalikan.