Jumat 23 Apr 2021 08:53 WIB

Sikap Oposisi Jadi Benang Merah Pertemuan PKS dan Demokrat

PKS adalah partai pertama yang beri dukungan ke Demokrat pascaisu kudeta.

Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kanan) menyanyikan lagu kebangsaan indonesia Raya sebelum pertemuan kedua partai di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Pertemuan tersebut merupakan silaturahmi antara kedua Parpol sekaligus membahas kondisi politik nasional terkini.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kanan) menyanyikan lagu kebangsaan indonesia Raya sebelum pertemuan kedua partai di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Pertemuan tersebut merupakan silaturahmi antara kedua Parpol sekaligus membahas kondisi politik nasional terkini.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Antara

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, menilai pertemuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat berangkat dari kesamaan sikap keduanya yang memilih  berada di luar pemerintahan. Hal tersebut berbeda dengan pertemuan antara PKS dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang digelar beberapa waktu lalu.

Baca Juga

"Kalau tadi PPP dan PKS adalah partai berbasis massa Islam atau ideologi Islam, maka ini benang merahnya saya lihat adalah soal posisi di luar pemerintahan atau katakanlah oposisi," kata Qodari saat dikonfirmasi Republika, Kamis (22/4) malam.

Qodari mengatakan, belakangan partai berlambang Mercy itu memang gencar melakukan safari ke sejumlah partai politik. Apalagi Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), juga tidak menjabat jabatan publik apapun, sehingga AHY dinilai perlu melakukan manuver agar tetap mendapat sorotan media.

"Saya melihat bahwa makin ke sini memang Partai Demokrat sepertinya tidak punya pilihan untuk katakanlah masuk ke dalam pemerintahan ya. Karena hubungan SBY dan Bu Mega yang mungkin sampai sekarang tidak kunjung pulih, maupun pada hubungan Pak Jokowi dan SBY juga yang seringkali konfliktual," ujarnya.

Sementara itu, ia menilai pilihan ideologis dan strategi elektoral menjadi alasan PKS memilih untuk tidak bergabung dengan pemerintah. Di sisi lain konstituen yang dimiliki PKS juga dinilai sangat berbeda dengan partai lain.

"Jadi ya PKS sendiri lebih mudah ia mengamankan segmen konstituennya ketimbang bergabung dengan Pak Jokowi yang notabene akan membuat konsitutuen itu berontak," ungkapnya.

Qodari menjelaskan ada dua ideologi politik di Indonesia, yaitu Islam dan Nasionalis. Ideologi politik nasionalis terbagi menjadi dua, nasionalis pasar bebas dan nasionalis proteksionis (kiri luar). Sedangkan ideologi politik Islam juga terbagi menjadi dua, yaitu Islam tradisionalis dan Islam modernis (kanan luar).

"PKS merasa bahwa konstituennya ada di ujung sebelah kanan jadinya konsentrasi saja di sebelah kanan tidak masuk ke dalam pemerintahan ya karena tidak mendapatkan insentif juga malah akan mengalami disinsentif karena pemiliknya akan lari," terangnya.

Usai pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat, AHY menjelaskan ada tiga subtansi yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Pertama, terkait penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Saat ini yang kita tahu walaupun semakin banyak yang telah divaksin angkanya sudah lebih dari 12 juta tetapi jika dihitung dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia tentunya masih harus kita bekerja keras," kata AHY dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Kamis (22/4).

Isu kedua yang juga dibahas dalam pertemuan tertutup yang digelar hampir dua jam tersebut yaitu terkait Resesi ekonomi yang juga menjadi dampak utama dari covid-19. AHY mengatakan masyarakat telah kehilangan pekerjaan dan penghasilan imbas Covid-19. Ketimpangan dan kemiskinan juga terjadi.

"Kita sepakat bahwa dua isu utama hari ini tersebut harus menjadi perhatian utama dari PKS maupun Partai Demokrat," ujarnya.

Terakhir keduanya juga membahas isu mengenai kondisi demokrasi. AHY menyebut demokrasi di Indonesia saat ini sedang berada di titik yang tidak baik.

"Mudah-mudahan suasana pandemi Covid-19 ini tidak kemudian serta-merta menutup ruang demokrasi yang sehat dan kita berharap justru demokrasi bisa kita tegakkan karena ini juga menjadi pilar utama bagi keberlangsungan dan masa depan bangsa kita," ucapnya.

AHY mengaku senang atas yang diberikan PKS usai Partai Demokrat dihantam isu kudeta beberapa bulan terakhir. "Saya juga tadi senang mendapatkan secara moril dukungan dan ucapan selamat tentunya dari teman-teman PKS atas situasi yang telah dihadapi dan dilalui oleh Partai Demokrat tiga bulan terakhir ini," ujar AHY.

AHY mengaku bersyukur lantaran Partai Demokrat bisa melewati ujian dan mempertahankan kedaulatan dan eksistensi Partai Demokrat. Sementara itu Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, mengatakan PKS adalah partai pertama yang menyampaikan dukungan kepada Partai Demokrat ketika diterpa isu kudeta.

"Ketua Umum kami Mas AHY menyampaikan terima kasih atas dukungan moral dari teman-teman di PKS karena bagi PKS ini bukan isu sesama di luar pemerintahan. Tapi ini kebetulan value-nya sama, ini satu hal yang tidak dapat dibenarkan dalam demokrasi," ujar

Herzaky mengatakan AHY sangat mengapresiasi dukungan yang diberikan  PKS. Ia berharap upaya untuk menjaga Indonesia agar tetap baik tidak hanya dilakukan PKS dan Partai Demokrat, tetapi juga bisa diikuti partai lainnya.

"Adanya pandemi bukan berarti demokrasi bisa menjadi mengarah pada otoriter atau oligarki. Tapi harapan kita demokrasi semakin baik," ungkapnya.

photo
Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al-Habsyi (kiri) di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Pertemuan tersebut merupakan silaturahmi antara kedua Parpol sekaligus membahas kondisi politik nasional terkini. - (ANTARA/Aditya Pradana Putra)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement