Jumat 23 Apr 2021 10:10 WIB

Pakar: Pemda Harus Berani Tolak Kedatangan Pemudik

Masyarakat diajak untuk silaturahim dengan keluarga di kampung lewat online.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Penumpang yang ingin pulang kampung bersiap menaiki kereta di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Ahad (18/4/2021).
Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA
Penumpang yang ingin pulang kampung bersiap menaiki kereta di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Ahad (18/4/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan masyarakat Universitas Indonesia (UI) Hasbullah Thabrany menyebutkan pemerintah daerah (pemda) harus berani bilang tidak mau menerima kedatangan pemudik. Diamengatakan, kalau masyarakat memaksa mudik harus menerapkan isolasi selama 14 hari.

Menurut Thabrany, perlu kebijakan yang sinkron antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dia mengatakan, Pemerintah Pemerintah (Pemprov) DKI Jakarta juga harus menegaskan kepada masyarakat yang ingin kembali dari kampung halaman agar isolasi selama 14 hari.

"Sehingga masyarakat akan berpikir dua kali untuk mudik. Kalau itu sinkron, insya Allah masyarakat bisa dipaksa disiplin," katanya.

Thabrany melihat sebagian masyarakat tidak bisa diajak kompromi. Ada masyarakat yang wataknya begitu melekat pada kebiasaan masa lalu, sehingga perlu memaksa mereka agar disiplin. "Jangan anggap enteng, karena mutasi virus semakin ganas dimungkinkan," kata Thabrany.

Dia pun menilai kesadaran masyarakat menggunakan masker untuk mencegah penularan Covid-19 harus kembali ditingkatkan. Kalau ada masalah pada ketersediaan masker, sambung dia, pemerintah harus menyediakan agar tidak ada alasan masyarakat tidak disiplin protokol kesehatan.

Selain itu, tokoh berpengaruh perlu dilibatkan untuk membuat masyarakat menjadi disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Mengedukasi masyarakat agar silaturahim dengan keluarga di kampung bisa dilakukan tanpa mudik, misal menggunakan perangkat elektroni atau online.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement