REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan negara berharap pertemuan Asosiasi Negara Asia Tenggara (ASEAN) dapat membantu situasi Myanmar. Pertemuan yang digelar di Jakarta itu akan menjadi upaya internasional pertama mengatasi krisis di Myanmar.
Organisasi aktivis mencatat sudah lebih dari 700 orang tewas di tangan petugas keamanan sejak militer mengkudeta pemerintah sipil terpilih pada 1 Februari lalu. Pertemuan 24 April ini akan menjadi ujian bagi ASEAN yang biasanya menahan diri untuk mencampuri urusan domestik anggotanya.
"Pihak China berharap pertemuan itu membawa awalan yang baik menuju upaya membantu 'mempermulus' situasi Myanmar," kata Wang, Jumat (23/4).
Ia sempat berbicara dengan menteri luar negeri Thailand dan Brunei. Dua negara yang menduduki kursi ketua ASEAN saat ini dan yang akan datang.
China bukan anggota ASEAN tapi bagian dari ASEAN Plus Three bersama Jepang dan Korea Selatan. Belum diketahui apakah ada perwakilan China yang akan menghadiri pertemuan di Jakarta itu. Dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri China, Wang mengatakan 'intervensi tidak pantas' dari luar kawasan harus dihindari.
"Praktik telah membuktikan tekanan kuat membabi buta dari pasukan asing tidak akan membantu memecahkan masalah internal sebuah negara tapi akan membawa guncangan bahkan memperburuk situasi, yang akan berdampak dan mengganggu stabilitas kawasan," kata Wang.
Amerika Serikat (AS) telah menerapkan sanksi-sanksi pada Myanmar setelah militer melakukan kudeta. Washington mengatakan akan mengambil tindakan lebih lanjut.
"China mendesak masyarakat internasional untuk mengambil sikap objektif dan adil dan berusaha lebih banyak untuk meringankan ketegangan di Myanmar, bukan sebaliknya," tambah Wang.
"China akan terus menjaga komunikasi dengan ASEAN dan terus melanjutkan pekerjaan yang berkaitan dengan Myanmar dengan caranya sendiri," kata Wang.