REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) meyakini ketersediaan pasokan bawang putih hingga Hari Raya Idul Fitri tahun ini aman. Harga diperkirakan tetap stabil karena tidak terdapat celah bagi spekulan harga.
Ketua Pusbarindo, Valentino, mengatakan, berdasarkan informasi dari asosiasi eksportir bawang putih di China, setidaknya 55 ribu ton bawang putih telah diberangkatkan ke Indonesia sejak Januari hingga pertengahan April tahun ini.
Selain stok impor, terdapat sisa stok bawang putih akhir 2020 sebanyak 175 ribu ton atau sekitar 166,2 ribu ton dengan asumsi susut 5 persen. Dengan kata lain, terdapat pasokan bawang putih lebih dari 200 ribu ton sejak awal tahun.
"Selama pandemi, konsumsi turun menjadi sekitar 40-42 ribu ton dari kondisi normal 47 ribu ton. Konsumsi di bulan puasa dan lebaran saat pandemi tahun ini naik jadi berapa kita belum tahu, tapi kalau melihat suplai ya cukup," kata Valentino kepada Republika.co.id, Jumat (23/4).
Valentino mengatakan, larangan mudik yang kembali diterapkan pemerintah pada tahun ini dipastikan turut melemahkan konsumsi. Itu akan berdampak pada permintaan bawang putih. Namun, jika dibandingkan dengan tahun lalu, pembatasan-pembatasan pada tahun ini jauh lebih longgar.
Pusat perbelanjaan maupun pusat kuliner juga mulai dibuka sekitar 60 persen. Karena itu, kemungkinan tetap akan ada kenaikan konsumsi bawang putih hingga lebaran mendatang.
Ia pun menilai, aksi-aksi spekulan yang ingin memainkan harga kemungkinan akan sangat sulit. Pasalnya, di tengah konsumsi yang memang tidak sebesar sebelum pandemi, ketersediaan bawang putih masih cukup memadai sehingga harga dipastikan stabil.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), mencatat, rata-rata nasional harga bawang putih hingga Kamis (22/4) sebesar Rp 30.150 per kg. Cenderung stabil dalam sepekan terakhir. Harga terendah terdapat di Bali sebesar Rp 23.650 per kg, adapun tertinggi terdapat di Papua Barat sebesar Rp 45.000 per kg.
Meski kondisi saat ini masih cukup aman, Valentino meminta agar Kementerian Pertanian membuka kembali pengajuan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Pasalnya, para anggota Pusbarindo belum banyak yang dapat mengajukan RIPH. Itu disebabkan adanya pembatasan kuota dari Kementan.
Sementara, RIPH banyak diperoleh oleh perusahaan-perusahaan baru. Adapun anggota Pusbarindo rata-rata perusahaan lama yang sudah melakukan wajib tanam bawang putih setiap tahunnya sesuai aturan pemerintah.
Ia memahami, Kementan mulai membatasi pengajuan RIPH maksimal sebanyak 700 ribu ton setiap tahun. Itu dikarenakan rata-rata kebutuhan bawang putih setiap tahunnya hanya sekitar 500-600 ribu ton sehingga RIPH perlu menyesuaikan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana total RIPH yang diterbitkan bisa lebih dari 1 juta ton.
"Pusbarindo berharap agar dibuka kembali porta pengajuan RIPH karena banyak anggota kita yang belum berhasil mengajukan," ujarnya.