REPUBLIKA.CO.ID, CAUCA -- Setidaknya 31 warga suku asli tenggara Kolombia terluka setelah sekelompok orang bersenjata melepaskan tembakan ke arah mereka. Organisasi yang mewakili masyarakat pribumi mengatakan penyerangan terjadi saat warga sedang merusak lahan pertanian koka.
Koka merupakan bahan utama kokain. Serangan itu terjadi di pinggir kota madya Caldono, Provinsi Cauca, Kolombia.
Wilayah itu daerah strategis yang penting bagi penyelundupan narkoba dan diperebutkan berbagai kelompok bersenjata. Salah satunya pemberontak yang membelot dari National Liberation Army (ELN) dan sejumlah kelompok kriminal yang terbentuk dari paramiliter sayap kanan tersebut.
"Sejauh ini 31 warga pribumi dilaporkan terluka dan lima orang pelaku penyerang sudah ditahan Garda Pribumi," kata Dewan Masyarakat Pribumi Regional Cauca (CRIC) dalam pernyataannya, Jumat (23/4).
CRIC menambahkan upaya membabat pertanian koka dan serangan terhadap anggota masyarakat pribumi sedang berlangsung. Artinya, lanjut dewan masyarakat itu, jumlah warga yang terluka dapat bertambah.
Mereka menambahkan masyarakat pribumi korban dari ketidakhadiran negara. Menurut pemerintah dan pasukan keamanan, kelompok bersenjata memperebutkan wilayah strategis tersebut untuk menumbuhkan koka dan memproduksi kokain.
Gubernur masyarakat pribumi Sandra Liliana Peña Chocue yang melawan pertanian koka di lahan masyarakat pribumi dibunuh di daerah tersebut pada Kamis (22/4) kemarin. Pemerintah Kolombia mengecam serangan tersebut masyarakat pribumi.
"Serangan penjahat pada masyarakat pribumi dan perempuan yang mempertahankan wilayah dari perdagangan ilegal yang mengancam integritas anak muda dan kemurnian tanah sungguh sangat tercela," kata penasihat presiden Kolombia Emilio Archila dalam pernyataannya.