REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Saat ini umat Muslim di seluruh dunia sedang menjalani puasa Ramadhan. Ramadhan merupakan bulan penuh berkah di mana setiap ibadah yang dilakukan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.
Di bulan ini, setiap umat diminta menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Termasuk di dalamnya berhubungan badan dengan pasangan sah di siang hari.
Namun, apakah ini berarti suami dan istri tidak boleh tidur di satu ranjang yang sama? Seorang sarjana di bidang Pendidikan dan Edukasi, Um Hadi, dalam artikelnya di About Islam membahas hal ini. Ia mendapat pertanyaan dari seorang suami yang mempertanyakan mengapa istrinya menolak tidur dengannya selama Ramadhan.
Meski bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keistimewaan, namun sedikit banyak bulan ini membawa pengaruh dalam kehidupan rumah tangga.
Ia menyebut, konflik perkawinan dapat meningkat karena beberapa hal, termasuk perubahan jadwal kegiatan, kelelahan, kesibukan, serta waktu bersama yang lebih sedikit. Masing-masing pasangan disebut perlu menilai apa alasan perilaku istri di bulan ini yang terlihat berbeda.
Dalam Islam, berhubungan badan di bulan Ramadhan diperbolehkan, tetapi hanya pada malam hari (dari matahari terbenam hingga matahari terbit, tepat saat kita bisa makan dan minum). Karena itu, dalam 10 malam terakhir Nabi Muhammad SAW biasa melakukan itikaf di masjid dan tidak melakukan keintiman dengan istri-istrinya.
Namun, jika pasangan menolak tidur di ranjang yang sama dengan alasan lelah setelah puasa dan berjam-jam sendiri mempersiapkan buka puasa atau menjaga anak, maka di sinilah dibutuhkan kesabaran dan pengertian.
Baca juga : Wirid Yaumi yang Bisa Diamalkan Saat Ramadhan
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah membantu memasak, menjaga anak di siang hari, jika ada, atau mengajaknya berbuka puasa di luar rumah. Cara ini bisa sangat berarti dan membuat pasangan memiliki lebih banyak energi di malam hari.
Untuk lebih lanjut tentang bagaimana cara menunjukkan cinta kepada pasangan yang akan memberikan banyak hasil positif, Um Hadi menganjurkan untuk membaca Lima Bahasa Cinta oleh Gary Chapman.
Dalam buku tersebut, dijelaskan baha setiap orang memiliki 'bahasa' cinta yang berbeda. Hal itu perlu dipahami oleh setiap pasangan, dengan harapan memiliki pernikahan yang bahagia.
Beberapa bentuk bahasa cinta yang dibahas dalam buku tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kata-kata sayang atau perhatian. Termasuk di dalamnya memberi tahu pasangan jika Anda menghargai semua pekerjaannya saat dia berpuasa.
2. Tindakan kasih sayang. Beberapa yang bisa dilakukan adalah membantu pekerjaan di rumah, termasuk menjaga anak.
3. Memberi hadiah. Hadiah ini bentuknya bisa sangat sederhana, bahkan catatan 'terima kasih'.
4. Waktu berkualitas. Ramadhan merupakan waktu yang sibuk. Namun, coba sisihkan waktu 10 menit untuk saling berbicara.
5. Sentuhan fisik. Ini adalah jenis bahasa cinta yang terakhir dan tidak terbatas pada keintiman semata. Bentuk sentuhan bisa diartikan dengan pelukan atau tepukan di bahu.