Jumat 23 Apr 2021 14:46 WIB

Menteri Syahrul ke Penyuluh: Jangan Lagi Ada Petani Miskin

Penyuluh tidak boleh membuat ada lahan yang nganggur dan tidak menghasilkan uang.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Syahrul Yasin Limpo meminta para penyuluh pertanian untuk mendampingi petani secara penuh dalam setiap periode musim tanam hingga panen.
Foto: Kementan
Syahrul Yasin Limpo meminta para penyuluh pertanian untuk mendampingi petani secara penuh dalam setiap periode musim tanam hingga panen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syahrul Yasin Limpo meminta para penyuluh pertanian untuk mendampingi petani secara penuh dalam setiap periode musim tanam hingga panen. Sumber daya alam yang sangat mendukung semestinya bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi petani sehingga tak ada lagi petani yang miskin.

"Tugas penyuluh mendekatkan alam yang bagus, air yang terus mengalir, matahari yang ada, mari kita wujudkan petani tidak ada yang miskin karena semestinya petani tidak miskin," kata Syahrul dalam Training of Trainers Penyuluh Pertanian secara virtual, Jumat (23/4).

Baca Juga

Syahrul mengatakan, bertani, terlebih untuk sub sektor tanaman pangan sangat menjanjikan untuk memberikan penghasilkan. Setidaknya, kebutuhan pangan bisa dipenuhi langsung tanpa harus membeli.

Masing-masing komoditas juga ada yang memiliki jangka waktu pendek untuk bisa dipanen dan seluruhnya menjanjikan. Ia pun meminta kepada penyuluh agar tidak membiarkan petani menganggurkan lahannya setelah selesai musim panen.

"Penyuluh tidak boleh membuat ada lahan yang menganggur dan tidak menghasilkan uang. Satu, dua bulan tidak tanam, berarti membuang satu musim. Kalau satu hektare luasnya, kita sudah membuang sekitar Rp 10 juta," katanya.

Lebih lanjut, ia juga menyinggung terkait banyaknya masyarakat perkotaan yang beralih profesi menjadi petani dengan pulang ke kampung halaman. Itu seharusnya menjadi cerminan bahwa sektor pertanian menjadi sektor yang memberikan kepastian untuk menghasilkan pendapatan.

Namun, hal itu juga tidak selamanya memberi dampak positif. Ada dampak negatif yang ditimbulkan bila masyarakat berbondong-bondong kembali ke desa untuk menjadi petani.  

"Jadi teruslah bajak sawah, lakukan penanaman, jika mau libur (tanam) 14 hari cukup karena lahan begitu bagus," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement