Jumat 23 Apr 2021 14:50 WIB

Ibrahim Muteferrika, Mualaf Hongaria Jadi Ilmuwan Utsmani

Ibrahim menyarankan para elite Utsmani untuk memperbaharui teknologi militer

Red: A.Syalaby Ichsan
Ibrahim Muteferrika
Foto: Wikipedia
Ibrahim Muteferrika

REPUBLIKA.CO.ID, Sudah menjadi rahasia umum bahwa peran para intelektual Muslim pada masa lalu telah menyumbangkan an dil yang amat besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Sebut saja Ibrahim Muteferrika (1674–1745), ilmuwan Muslim berdarah Hungaria ini dikenal sebagai orang pertama yang membuat deskripsi tentang teori gerhana matahari.

Ibrahim Muteferrika adalah mantan pendeta Hongaria yang memutuskan masuk Islam saat hijrah ke Istanbul. Ia menjelaskan secara perinci latar belakang perpindahan keyakinannya dari Kristen Unitarian ke Islam dalam sebuah buku yang ia beri judul Risale-yi Islamiyye (Risalah Islamiyah).

Sekitar tiga abad yang silam, Ibrahim Muteferrika memperkenalkan alat percetakan pertama kepada masyarakat Kesultanan Turki Usmaniyah. Dia pun memperoleh izin dari khalifah pada waktu itu untuk mencetak buku-buku ilmiah. Pada 1720, Ibrahim membuka bisnis percetakan buku-buku Islam yang pertama di Istanbul. Sejak itu, budaya literasi di Kesultanan Usmaniyah mulai me masuki babak baru.

Ibrahim dikenang sebagai Muslim pertama yang mendirikan fasilitas percetakan dengan teknologi movable type (sistem pencetakan dan tipografi yang menggunakan potongan bergerak dari jenis logam). Meskipun teknologi percetakan yang berasal dari Cina ini telah lama digunakan di Eropa, kehadirannya di dunia Islam pada masa itu benar-benar menjadi sebuah terobosan baru.

Selama berada di Istanbul, Ibrahim merasa sangat prihatin tatkala menyaksikan ketertinggalan sistem tata kelola pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah dari negara-negara Eropa pada waktu itu. Rasa keprihatinannya lantas mendorong Ibrahim me nulis sebuah buku berjudul Usul al-Hikam fi Nizam al-Umam dan menerbitkannya sendiri pada 1731.

Dalam buku tersebut, ia menggambarkan kemajuan sistem pemerintahan dan militer di Eropa, sembari mengingatkan bahwa negara-negara Muslim yang berdaulat harus melakukan inovasi agar bisa bertahan dan mengimbangi kekuatan Barat. Ibrahim pun menyarankan kepada para elite Kesultanan Usmaniyah untuk melakukan pembaruan terhadap teknologi militer mereka, di samping mengadopsi model tata kelola pemerintahan dan pengetahuan ilmiah Eropa secara selektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement