REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Seorang pendaki asal Norwegia bernama Erlend Ness yang berencana mencapai puncak Everest gagal untuk melanjutkan perjalanan ke gunung tertinggi tersebut, setelah dinyatakan positif terinfeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Ini merupakan kasus pertama di wilayah tersebut.
Pemerintah Nepal membuka kembali Everest untuk pendakian setelah ditutup selama satu tahun terakhir karena pandemi Covid-19. Keputusan ini diambil untuk menarik lebih banyak pendaki, meski fasilitas kesehatan di negara itu mungkin menghadapi kesulitan jika adanya penularan virus wabah dari pendatang.
Ness dievakuasi dari lereng dengan helikopter dan dibawa ke rumah sakit di Ibu Kota Kathmandu, setelah menghabiskan waktu di base camp Everest. Selain itu, pemandu pendaki ini juga dilaporkan positif Covid-19.
“Saya berharap tidak ada yang terinfeksi corona di ketinggian pegunungan. Tidak mungkin mengevakuasi orang dengan helikopter ketika mereka berada di atas ketinggian 8.000 meter," ujar Ness dalam sebuah wawancara dengan media NRK, dilansir The Strait Times, Jumat (23/4).
Sebuah rumah sakit di Kathmandu mengonfirmasi telah menerima pasien dari Everest dengan Covid-19. Disebutkan bahwa beberapa orang yang dievakuasi dari Everest dinyatakan positif terinfeksi virus wabah ini.
Meski demikian, Mira Acharya, juru bicara Departemen Pariwisata Nepal mengatakan sejauh ini belum menerima laporan infeksi virus di antara para pendaki. Ia menyebut satu orang dievakuasi pada 15 April dan pihaknya diberitahukan bahwa pasien menderita pneumonia dan sedang dirawat.
Dawa Steven, pemandu dari Asian Trekking mengatakan semua orang di base camp prihatin atas penularan Covid-19 diantara para pendaki Everest. Nepal telah mengeluarkan 377 izin untuk mendaki gunung pada tahun ini, dengan jumlah akhir diperkirakan melebihi 381 yang diberikan pada 2019.