Jumat 23 Apr 2021 20:01 WIB

Indonesia-Vietnam Soroti Kekerasan di Myanmar

Vietnam juga menyampaikan apresiasi kepemimpinan Indonesia yang menginisiasi ALM.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo (kanan) berfoto bersama dengan Perdana Menteri (PM) Vietnam Pham Minh Chinh (kiri) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/4/2021). Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan bilateral dengan PM Pham Minh Chinh untuk membahas kerja sama antara kedua negara.
Foto: Agus Suparto/Setpres/ANTARA
Presiden Joko Widodo (kanan) berfoto bersama dengan Perdana Menteri (PM) Vietnam Pham Minh Chinh (kiri) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/4/2021). Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan bilateral dengan PM Pham Minh Chinh untuk membahas kerja sama antara kedua negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan bilateral dengan PM Vietnam Phạm Minh Chính di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/4). Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, kedua pemimpin negara tersebut turut menyoroti terkait perkembangan situasi terkini di Myanmar.

"Kedua pemimpin melakukan tukar pandangan situasi terakhir di Myanmar dan menyampaikan keprihatinan atas berlangsungnya kekerasan dan jatuhnya korban jiwa," kata Menlu Retno dalam pernyataan persnya usai mendampingi Presiden.

Baca Juga

Retno mengatakan, Vietnam juga menyampaikan apresiasi kepemimpinan Indonesia yang menginisiasi ASEAN Leaders Meeting. PM Vietnam, lanjut Retno, menekankan agar kekerasan di Myanmar harus segera dihentikan.

Sementara itu, Presiden Jokowi kembali menegaskan, Indonesia memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan rakyat Myanmar. Tindakan kekerasan dan penggunaan senjata di Myanmar juga harus segera dihentikan sehingga tak lagi menimbulkan korban jiwa.

"Kekerasan dan penggunaan senjata harus dihentikan sehingga korban tidak bertambah. Dan dialog inklusif harus dilakukan agar demokrasi, keamanan dan perdamaian dan stabilitas dapat segera dikembalikan di Myanmar," kata Retno.

Pertemuan ASEAN Leaders Meeting yang akan diselenggarakan besok diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan terbaik bagi Myanmar. Pertemuan ini diselenggarakan khusus untuk kepentingan rakyat Myanmar.

"ALM merupakan pertemuan in person pertama para pemimpin ASEAN selama pandemi. Komitmen para pemimpin untuk bertemu secara fisik merupakan refleksi kekhawatiran yang dalam ASEAN terhadap situasi yang terjadi di Myanmar dan tekad ASEAN untuk bantu Myanmar keluar dari krisis ini," ujar Retno.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement