REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Otoritas Prancis meluncurkan penyelidikan teror pada hari Jumat (23/4) setelah seorang petugas polisi wanita ditikam hingga tewas di dekat Paris.
Serangan itu terjadi di sebuah kantor polisi di Rambouillet, sekitar 60 kilometer barat daya ibu kota Prancis, ketika petugas (49 tahun), kembali dari makan siang. Dia meninggal di tempat.
Dilansir di Euronews, Sabtu (24/4), sumber polisi mengatakan bahwa tersangka, seorang pria berusia 36 tahun berkewarganegaraan Tunisia yang diidentifikasi sebagai Jamel G., ditembak oleh petugas lain dan meninggal. Dia tidak dikenal polisi atau badan intelijen.
Kantor Kejaksaan Anti-Teroris Nasional (PNAT) telah meluncurkan penyelidikan atas tuduhan pembunuhan seorang pejabat publik dalam kaitannya dengan tindakan teroris dan konspirasi teroris.
Jaksa Nasional Anti-Teroris Jean-François Ricard mengatakan kepada wartawan di tempat kejadian bahwa penyelidikan tersebut dimotivasi oleh modus operandi termasuk lokasi, profil korban, tetapi juga pernyataan yang dibuat oleh penulis selama realisasi adalah fakta. Tersangka berteriak "Allah Akbar" menurut saksi mata.
Polisi telah menggerebek setidaknya dua tempat tinggal pada Jumat malam termasuk rumah tersangka dan orang yang menyambutnya ketika dia pertama kali tiba di Prancis pada tahun 2009.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menamai korban sebagai "Stephanie" dan menulis bahwa "Bangsa berdiri bersama keluarganya, kolega, dan pasukan keamanannya."
"Dalam perang melawan terorisme Islam, kami tidak akan menyerah," tambahnya.
Korban memiliki dua anak perempuan, berusia 18 dan 13 tahun.
Baik Perdana Menteri Jean Castex dan Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin mengunjungi kantor polisi untuk meninjau situasi dengan pihak berwenang setempat, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
"Mereka akan memberikan dukungan mereka kepada rekan-rekan korban dan melalui mereka kepada seluruh angkatan kepolisian nasional yang sekali lagi menjadi sasaran." kata pernyataan itu.